Total Tayangan Halaman

Jumat, 08 Juni 2012

Androgogi Vs Pedagogi

ANDRAGOGI VS  PEDAGOGI
(Sebuah Konsep Teoretik)
 

A. Pengertian 

Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Perdefinisi andragogi kemudian dirumuskan sebagau "Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Kata andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Meskipun demikian, Kapp tetap membedakan antara pengertian "Social-pedagogy" yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan andragogi. Dalam rumusan Kapp, "Social-pedagogy" lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan. 


B. Andragogi dan Pedagogi 

Malcolm Knowles menyatakan bahwa apa yang kita ketahui tentang belajar selama ini adalah merupakan kesimpulan dari berbagai kajian terhadap perilaku kanak-kanak dan binatang percobaan tertentu. Pada umumnya memang, apa yang kita ketahui kemudian tentang mengajar juga merupakan hasil kesimpulan dari pengalaman mengajar terhadap anak-anak. Sebagian besar teori belajar-mengajar, didasarkan pada perumusan konsep pendidikan sebagai suatu proses pengalihan kebudayaan. Atas dasar teori-teori dan asumsi itulah kemudian tercetus istilah "pedagogi" yang akar-akarnya berasal dari bahasa Yunani, paid berarti kanak-kanak dan agogos berarti memimpin. Kemudian Pedagogi mengandung arti memimpin anak-anak atau perdefinisi diartikan secara khusus sebagai "suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak". Akhirnya pedagogi kemudian didefinisikan secara umum sebagai "ilmu dan seni mengajar". 

Untuk memahami perbedaan antara pengertian pedagogi dengan pengertian andragogi yang telah dikemukakan, harus dilihat terlebih dahulu empat perbedaan mendasar, yaitu : 

1. Citra Diri 

Citra diri seorang anak-anak adalah bahwa dirinya tergantung pada orang lain. Pada saat anak itu menjadi dewasa, ia menjadi kian sadar dan merasa bahwa ia dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Perubahan dari citra ketergantungan kepada orang lain menjadi citra mandiri. Hal ini disebut sebagai pencapaian tingkat kematangan psikologis atau tahap masa dewasa. Dengan demikian, orang yang telah mencapai masa dewasa akan berkecil hati apabila diperlakukan sebagai anak-anak. Dalam masa dewasa ini, seseorang telah memiliki kemauan untuk mengarahkan diri sendiri untuk belajar. Dorongan hati untuk belajar terus berkembang dan seringkali justru berkembang sedemikian kuat untuk terus melanjutkan proses belajarnya tanpa batas. Implikasi dari keadaan tersebut adalah dalam hal hubungan antara guru dan murid. Pada proses andragogi, hubungan itu bersifat timbal balik dan saling membantu. Pada proses pedagogi, hubungan itu lebih ditentukan oleh guru dan bersifat mengarah. 

2. Pengalaman 

Orang dewasa dalam hidupnya mempunyai banyak pengalaman yang sangat beraneka. Pada anak-anak, pengalaman itu justru hal yang baru sama sekali.Anak-anak memang mengalami banyak hal, namun belum berlangsung sedemikian sering. Dalam pendekatan proses andragogi, pengalaman orang dewasa justru dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya. Dalam pendekatan proses pedagogi, pengalaman itu justru dialihkan dari pihak guru ke pihak murid. Sebagian besar proses belajar dalam pendekatan pedagogi, karena itu, dilaksanakan dengan cara-cara komunikasi satu arah, seperti ; ceramah, penguasaan kemampuan membaca dan sebagainya. Pada proses andragogi, cara-cara yang ditempuh lebih bersifat diskusi kelompok, simulasi, permainan peran dan lain-lain. Dalam proses seperti itu, maka semua pengalaman peserta didik dapat didayagunakan sebagai sumber belajar. 

3. Kesiapan Belajar 

Perbedaan ketiga antara pedagogi dan andragogi adalah dalam hal pemilihan isi pelajaran. Dalam pendekatan pedagogi, gurulah yang memutuskan isi pelajaran dan bertanggung jawab terhadap proses pemilihannya, serta kapan waktu hal tersebut akan diajarkan. Dalam pendekatan andragogi, peserta didiklah yang memutuskan apa yang akan dipelajarinya berdasarkan kebutuhannya sendiri. Guru sebagai fasilitator. 

4. Nirwana Waktu dan Arah Belajar 

Pendidikan seringkali dipandang sebagai upaya mempersiapkan anak didik untuk masa depan. Dalam pendekatan andragogi, belajar dipandang sebagai suatu proses pemecahan masalah ketimbang sebagai proses pemberian mata pelajaran tertentu. Karena itu, andragogi merupakan suatu proses penemuan dan pemecahan masalah nyata pada masa kini. Arah pencapaiannya adalah penemuan suatu situasi yang lebih baik, suatu tujuan yang sengaja diciptakan, suatu pengalaman pribadi, suatu pengalaman kolektif atau suatu kemungkinan pengembangan berdasarkan kenyataan yang ada saat ini. Untuk menemukan "dimana kita sekarang" dan "kemana kita akan pergi", itulah pusat kegiatan dalam proses andragogi. Maka belajar dalam pendekatan andragogi adalah berarti "memecahkan masalah hari ini", sedangkan pada pendekatan pedagogi, belajar itu justru merupakan proses pengumpulan informasi yang sedang dipelajari yang akan digunakan suatu waktu kelak. 

C. Langkah-langkah Pelaksanaan Andragogi 

Langkah-langkah kegiatan dan pengorganisasian program pendidikan yang menggunakan asas-asas pendekatan andragogi, selalu melibatkan tujuh proses sebagai berikut : 

1. Menciptakan iklim untuk belajar 
2. Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu 
3. Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai 
4. Merumuskan tujuan belajar 
5. Merancang kegiatan belajar 
6. Melaksanakan kegiatan belajar 
7. Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan dan pencapaian nilai-nilai. 

Andragogi dapat disimpulkan sebagai : 

1. Cara untuk belajar secara langsung dari pengalaman 
2. Suatu proses pendidikan kembali yang dapat mengurangi konflik-konflik sosial, melalui kegiatan-kegiatan antar pribadi dalam kelompok belajar itu 
3. Suatu proses belajar yang diarahkan sendiri, dimana kira secara terus menerus dapat menilai kembali kebutuhan belajar yang timbul dari tuntutan situasi yang selalu berubah. 

D. Prinsip-prinsip Belajar untuk Orang Dewasa 

1. Orang dewasa belajar dengan baik apabila dia secara penuh ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan 
2. Orang dewasa belajar dengan baik apabila menyangkut mana yang menarik bagi dia dan ada kaitan dengan kehidupannya sehari-hari. 
3. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila apa yang ia pelajari bermanfaat dan praktis 
4. Dorongan semangat dan pengulangan yang terus menerus akan membantu seseorang belajar lebih baik 
5. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila ia mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya dan keterampilannya dalam waktu yang cukup 
6. Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman lalu dan daya pikir dari warga belajar 
7. Saling pengertian yang baik dan sesuai dengan ciri-ciri utama dari orang dewasa membantu pencapaian tujuan dalam belajar. 

E. Karakteristik Warga Belajar Dewasa 

1. Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda-beda 
2. Orang dewasa yang miskin mempunyai tendensi, merasa bahwa dia tidak dapat menentukan kehidupannya sendiri. 
3. Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran dari pada digurui 
4. Orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal yang menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannya 
5. Orang dewasa lebih suka dihargai dari pada diberi hukuman atau disalahkan 
6. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecendrungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya 
7. Apa yang biasa dilakukan orang dewasa, menunjukkan tahap pemahamannya 
8. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama 
9. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan iktikad yang baik, adil dan masuk akal 
10. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya. Oleh karena itu ia lebih suka melakukan sendiri sebanyak mungkin 
11. Orang dewasa menyenangi hal-hal yang praktis 
12. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalon hubungan dekat dengan teman baru. 

F. Karakteristik Pengajar Orang Dewasa 

Seorang pengajar orang dewasa haruslah memenuhi persyaratan berikut : 

1. Menjadi anggota dari kelompok yang diajar 
2. Mampu menciptakan iklim untuk belajar mengajar 
3. Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa pengabdian dan idealisme untuk kerjanya 
4. Menirukan/mempelajari kemampuan orang lain 
5. Menyadari kelemahannya, tingkat keterbukaannya, kekuatannya dan tahu bahwa di antara kekuatan yang dimiliki dapat menjadi kelemahan pada situasi tertentu. 
6. Dapat melihat permasalahan dan menentukan pemecahannya 
7. Peka dan mengerti perasaan orang lain, lewat pengamatan 
8. Mengetahui bagaimana meyakinkan dan memperlakukan orang 
9. Selalu optimis dan mempunyai iktikad baik terhadap orang 
10. Menyadari bahwa "perannya bukan mengajar, tetapi menciptakan iklim untuk belajar" 
11. Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi negatif fan pisitif.

PEDAGOGI

Pedagogi

Pedagogi : secara literal berarti: seni dan ilmu pengetahuan tentang mendidik anak-anak dan sering digunakan sebagai sebuah sinonim untuk suatu pengajaran. Secara lebih tepatnya, pedagogi mewujudkan pendidikan yang berfokuskan pada guru.
Dalam suatu model pedagogi, guru memikul tanggungjawab untuk membuat keputusan tentang apa yang akan dipelajari, dan bagaimana ia akan dipelajari, dan kapan ia akan dipelajari. Guru mengarahkan pembelajaran.
Guru-guru yang hebat dijaman kuno, mulai dari Confusius hingga Plato tidak mengajar cara teknik yang bersifat autoritarian tersebut. Perbedaan yang ada antara apa yang kita ketahui dari gaya-gaya guru yang hebat-hebat, namun, mereka masih memandang pembelajaran sebagai sebuah proses dari pencapaian yang aktif; dan bukan suatu penerimaan secara pasif. Dengan mempertimbangkan hal ini, suatu hal yang mengejutkan bahwa pemebalajaran yang berfokuskan pada guru menjadi sesuatu yang mendominasi pendidikan.
Sebuah penejelasan bagi pendekatan yang berfokuskan guru kembali kita ke jaman Calvinist yang percaya pada kebijaksanaan adalah sesuatu yang jahat. Mereka mendampingi/mendukung para dewasa untuk mengarahkan, mengontrol, dan akhirnya pembelajaran anak-anak agar mereka tetap bodoh/lugu.
Teori lainnya mempertahankan bahwa : sekolah-sekolah pada abad ke-7, di organisir untuk mempersiapkan anak muda untuk menjadi kependetaan. Ditemukan bahwa indoktrinasi merupakan cara yang paling ampuh untuk menanamkan suatu keyakinan/kepercayaan. Beberapa abad kemudian, sekolah yang diorganisisr tersebut menerapkan suatu pendekatan yang sama meskipun hasilnya menjadi sesuatu yang tidak membuat orang bodoh/lugu dan juga tidak membuat orang menyendiri/tertutup.
Jhon Dewey percaya bahwa sekolah formal telah jatuh dan kehilangan potensinya. Dewey menekankan pembelajaran melalui kegiatan yang bervariasi dari pada suatu pembelajaran di mana kurikulum diatur guru secara tradisonal. Ia percaya bahwa, anak-anak belajar lebih banyak dari pengalaman yang terpadu dari pada instruksi yang bersifat autoritarian. Ia yakin berasal dari suatu filsafat pendidikan yang berfokuskan pada pelajar. Ia memegang prinsif bahwa pembelajaran adalah hidup itu sendiri dan bukan hanya membuat persiapan terhadap pendidikan itu sendiri.
Pendidikan dewasa juga telah menjadi korban dari model yang dipusatkan pada guru. Pada tahun 1926, Asosiasi Pendidikan Dewasa Amerika mulai dan dengan cepat mengkaji cara yang lebih baik untuk mendidik orang dewasa. Yang dipengaruhi oleh Dewey, Edwar C. Linderman menulis dalam arti dari pendidikan dewasa.
Sistem akademik kita telah tumbuh dengan tatanan yang berlawanan arah. Subjek dan guru merupakan titik awal. Sedangkan pelajar menjadi sesuatu yang di nomor duakan. Di dalam pendidikan yang konvensional si pelajar dituntut untuk menyesuaikan dirinya kepada suatu kurikulum yang telah terbuat secara baku. Sangat banyak pembelajaran terdiri dari pergantian “vicarious” (seperti merasakan sendiri dari pengalaman orang lain) dari penglaman seseorang dan ilmu pengetahuan seseorang. Ilmu psikologi mengajarkan kita bahwa kita belajar apa yang kita lakukan …. Pengalaman adalah texs book pembelajaran yang paling hidup bagi pelajar.
Sayangnya, hanya beberapa dari teori Dewey dan Linderman dapat diterapkan dalam pembelajaran modern baik itu untuk anak-anak maupun dewasa. Satu abad setelah Dewey mengusulkan pendidikan yang berfokuskan pada siswa, hampir semua pendidikan formal juga masih berfokuskan pada guru.
Sebagai akibatnya, banyak pelajar meninggalkan sekolah dan kehilangan minat dalam pembelajaran. Bahkan seorang guru yang berniat baikpun dapat memadamkan insting pembelajaran yang bersifat alami dengan mengontrol lingkungan pembelajaran. Dengan orang dewasa, beberapa memandang pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang melahkan dan membosankan.
Dalam usaha untuk memformulasikan suatu teori pemebelajaran dewasa yang komprehensif, Malcolm Knowels, tahun 1973, menerbitkan sebuah buku tentang “Siswa dewasa” : Suatu spesis yang terlantarkan. Membangun dari apa yang telah dilakukan Linderman, Knowels menegaskan bahwa orang dewasa membutuhkan kondisi-kondisi tertentu untuk melakukan pembelajaran. Ia meminjam instilah andragogi untuk mendefinisikan dan menjelaskan kondisi-kondisi tersebut.
Andragogi, pada mulanya diartikan sebagai : seni dan ilmu yang bertugas untuk membantu dewasa belajar. Istilah tersebut dewasa ini mendefinisikan suatu alternatif terhadap pedagogi dan mengacu kepada pendidikan yang berfokuskan pada siswa untuk semua umur.
Model andragogi menegaskan bahwa lima permasalahan yang harus diperhatikan dan dibahas dalam pembelajaran formal. Mereka adalah : 1). Dibiarkan siswa mengenal sesuatu kenapa sesuatu itu penting untuk dipelajari, 2). Peragakan pada siswa bagaimana untuk mengarahkan diri mereka sendiri melalui informasi, dan 3). Hubungakan topik tersebut dengan pengalaman siswa itu sendiri. 4). Orang tidak akan belajar apa-apa kecuali jika mereka siap dan termotivasi untuk belajar. 5). Dan sesuatu yang sering, perlu membantu mereka jika ditemui kendala seperti sikap dan kepercayaan tentang pembelajaran.
Sayangnya, andragogi disebut dalam teks pendidikan sebagai cara dewasa belajar. Knowels sendiri mengaku bahwa 4 dari kunci asumsi andragogi terterapkan secara seimbang baik itu untuk anak-anak atau dewasa. Perbedaan yang mendasar yaitu anak-anak memiliki pengalaman yang lebih sedikit dari pada orang dewasa
Dalam jaman informasi ini, implikasi dari suatu gerakan dari yang berbasiskan guru menjadi yang berbasiskan siswa sesuatu hal yang mengagetkan. Penundaan atau menekan gejolak ini akan memperlambat kemampuan kita untuk belajar/mempelajari teknologi baru atau dalam mendapatkan ilmu pengetahuan yang kompetitif.
Bagaimana kita dapat mengharapkan menganalisa dan mensintesakan informasi seperti itu jika kita berpaling pada yang lainnya untuk menetapkan apa yang seharusnya dipelajari, dan bagaimana yang harus/akan dipelajari dan kapan yang akan dipelajari ?
Meskipun cucu-cucu kirta mungkin saja bebas dari biasnya pedagogi, namun sebagian besar dewasa hari ini tidak ditawarkan kemewahan seperti itu. Untuk sukses, kita harus meninggalkan atau melepaskan ketergantungan kita pada guru kita.
Kita harus melakukannya sendiri untuk memenuhi pembelajaran kita sendiri dan menuntut sipenyelenggara pelatihan melakukan hal yang serupa. Untuk mengetahui tuntutan kita, kita harus tahu bagaimana memproses informasi.
Pedagogi ialah kajian mengenai pengajaran, khususnya pengajaran dalam pendidikan formal. Dengan kata lain, ia adalah sains dan seni mengenai cara mengajar di sekolah. Secara umumnya pedagogi merupakan mata pelajaran yang wajib bagi mereka yang ingin menjadi guru di sekolah. Sebagai satu bidang kajian yang luas, pedagogi melibatkkan kajian mengenai proses pengajaran dan pembelajaran, pengurusan bilik darjah, organisasi sekolah dan juga interaksi guru-pelajar.
Dari segi etimologinya, perkataan Pedagogi datangnya daripada bahasa Yunani paidagogos, hamba yang menghantar dan mengambil budak-budak pergi balik dari sekolah. (lihat Paideia.) Perkataan “paida” merujuk kepada kanak-kanak, yang menjadikan sebab kenapa sebahagian orang cenderung membezakan antara pedagogi (mengajar kanak-kanak) dan andragogi (mengajar orang dewasa). Perkataan Yunani untuk pedagogi, pendidikan, adalah digunakan dengan lebih meluas, dan seringkali kedua-duanya boleh ditukar guna.
Pedagogi merupakan satu ilmu yang luas dan mendalam. Pembincangannya boleh dibahagi kepada dua bahagian yang besar iaitu:
Pada lazimnya, seorang bakal guru akan menerusi kedua-dua bidang ini sebelum menjadi seorang guru. Tetapi bersamping itu, dia juga harus mempelajari perkara-perkara seperti pengurusan bilik darjah, organisasi sekolah, kurikulum sekolah, Perlakuan Mengajar, Interaksi Guru-Pelajar dan sebagainya.

Masa Lansia

Masa Lansia

Umur Masa lansia menurut Erik Erikson adalah 65 tahun ke  atas, yaitu :
               

-Penalaran moral pada usia lansia adalah keuntungan tempat lebih awal dan mengerti dan setuju arti dari kehidupan sebenarnya (integrity). Rasa Keputusasaan (despair) atau ragu yang berlebihan dapat menjadi atau kurang mampu menemukan arti didalam kehidupan.
-Kognitif atau pemikiran pada usia lansia mengacu teori sekarang akan perkembangan dewasa tertuang pada dia yang menjawab menyeluruh untuk semua orang lahir di setiap waktu. Banyak menyatakan untuk dipelajari tentang istirahat dan kinerja seseorang.
-Sosial pada masa lansia cenderung kurangnya berinteraksi dengan orang lain dikarenakan kondisi fisik yang kurang sehat. Beberapa orang dari perkembangan dewasa telah dipersiapkan oleh saran yang dijalankan sehari-hari daripada bagian-bagian perkembangan dewasa wanita dan pria.



Masa lansia Menurut  Jean Piaget, yaitu:
-Kognitif, perkembangan fikir dan pengenalan membuat setiap orang membuat (mengatur) dunianya dengan caranya sendiri. Kognisi mengandung proses berpikir dan proses mengamati yang menghasilkan, memperoleh, menyimpan dan memproduksi pengetahuan.
-Sosial, Piaget memilih pendapat yang interaksionistis yang meletakkan titik berat yang sama pada faktor lingkungan. Menurut Piaget maka pertumbuhan mental mengandung dua macam proses: perkembangan dan belajar. Perkembangan adalah perubahan struktural dan belajar adalah perubahan isi.
-Penalaran moral, Piaget masih memperhatikan bahwa tiap manusia pada umumnya hanya akan mengkhususkan dirinya pada satu bidang pekerjaan tertentu. Titk tolaknya yang prinsip adalah bahwa semua orang pada suatu saat tertentu dalam perkembangan usia lansia.


Masa lansia menurut Kohlberg, yaitu :
Kognitif, penalaran moral, dan sosial terangkum dalam tahap berprinsip. Kolhberg memperhatikan, bahwa ada beberapa orang dewasa yang mencapai suatu tingkat moralitas diatas tahap konvensional. Ia menyebut tingkat ini tahap post-conventional atau tahap berprinsip. Orang-orang pada tahap moralitas yang ketiga ini mampu memahami prinsip-prinsip yang ada dibalik peraturan dan hukum. Disamping menyadari bahwa ada beberapa perbuatan yang imoral, meskipun tidak dihukum, mereka ini sadar juga bahwa ada perbuatan imoral meskipun tidak melanggar peraturan apapun.

Laporan Tugas Mini Proyek 2011/2012




TOPIK
Ruang Lingkup Pendidikan Usia Prasekolah

JUDUL
Pengembangan Potensi Anak di TK. Pembina I

PENDAHULUAN
Pendidikan Anak Prasekolah adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir (sebelum masuk sekolah) sampai dengan anak tersebut siap masuk sekolah yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Usia prasekolah merupakan periode kritis dan sensitif bagi si anak untuk mengetahui tentang diri mereka dan di luar diri mereka, serta mempersiapkan diri mereka menghadapi lingkungannya kelak. Begitu pentingnya perkembangan pada anak usia prasekolah, maka perlu diberikan pendidikan prasekolah untuk menyertai proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Tujuan umum dari Pendidikan Anak Prasekolah ini ialah untuk membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan baik secara fisik, intelektual, emosional, moral dan agama anak usia dini secara optimal dalam lingkungan pendidikan yang kondusif, demokratis dan kompetitif. Pendidikan Anak usia Prasekolah terkhusus TK merupakan hal yang sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia pendidikan ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut dengan istilah the golden age (usia emas),
Pendidikan Anak Prasekolah tidak sekedar berfungsi untuk mengoptimalkan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak prasekolah juga sepatutnya mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan tidak terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya, pendidikan anak usia prasekolah dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini.
Adapun alasan kami memilih topik dan judul seperti diatas ialah dikarenakan dunia Pendidikan Anak Usia Prasekolah (TK) sangat unik dan beraneka-ragam baik itu dari segi fisik, sosio-emosional, intelektual, moral dan agama, selain itu berdasarkan fenomena pendidikan yang ada, terdapat beberapa penyelenggara Pendidian Prasekolah yang tidak menerapkan konsep pendidikan anak prasekolah yaitu "Bermain sambil Belajar" dengan baik. 
 
Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian penjelasan mengenai pengembangan potensi pada anak di TK. Pembina I ini ialah untuk mengetahui apakah penyelenggara TK. Pembina I telah menerapkan konsep dan metode yang benar yaitu "Bermain sambil Belajar" dalam menjalankan proses pembelajaran pada anak TK sehingga dapat mengembangkan potensi anak di TK. Pembina I


LANDASAN TEORI
Pengembangan potensi anak usia prasekolah (anak TK) tidak terlepas dari kaitannya dalam perkembangan struktur otak. Menurut Wittrock (Clark, 1983) ada 3 perkembangan wilayah otak yang semakin meningkat yaitu pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas hubungan sinapsis, dan pembagian sel syaraf. Peran ketiga wilayah otak tersebut sangat penting dalam pengembangan kapasitas berpikir manusia.
Jean Piaget (dalam Padmonodewo (2003 : 23) mengemukakan tentang bagaimana anak belajar yaitu dengan berinteraksi dengan lingkungannya. Anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri yang sederhana, dimana permasalahannya diperoleh dari pengamatannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Guru bisa menuntun anak-anak lewat menyediakan bahan-bahan dan alat-alat yang tepat dalam membantu anak, tetapi yang terpenting agar anak bisa memahami sesuatu, anak harus membangun pengertian sendiri dan juga harus menemukannya sendiri.
John Dewey memperkenalkan teori progresivisme, yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajaran sendiri. Dia mengatakan bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang.
Sementara Vygotsky meyakini bahwa pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting dalam proses perkembangan berpikir anak. Pembelajaran akan menjadi pengalaman berharga bagi anak jika ia dapat melakukan sesuatu pada lingkungannya.
Howard Gardner menyatakan tentang kecerdasan jamak dalam perkembangan manusia terbagi menjadi: kecerdasan bodily kinestetik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalistik, kecerdasan logika-matematik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musik.
Dengan demikian kecerdasan manusia sangat dipengaruhi oleh struktur otak, sedangkan struktur otak itu sendiri dipengaruhi oleh stimulasi, kesehatan gizi, yang diberikan lingkungan serta peran pendidikan yang sesuai bagi anak TK.
Terdapat berbagai aspek dalam meninjau perkembangan anak usia dini dan prasekolah terkhususnya anak TK, yaitu aspek fisik atau motorik, aspek moral dan keagamaan, aspek bahasa, aspek kognitif, aspek sosio-emosional dan aspek seni. Setiap aspek yang ada akan mendukung anak dalam mengembangkan setiap potensi yang ada pada dirinya.
1.         Aspek Fisik / Motorik
Perkembangan motorik pada anak TK memang berbeda sesuai dengan usianya (TK 0 Kecil dan TK 0 Besar). Pendidik harus bisa membedakan antara motorik kasar dan halus sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan tahapannya. Anak berusia 5 tahun atau diatasnya (TK 0 Besar) dapat dirangsang dengan aktivitas yang edukatif untuk merangsang refleks tangannya, seperti menggambar, menulis, mewarnai. Sedangkan anak dengan usia dibawah 5 tahun dapat dirangsang motorik kasarnya lewat  aktivitas yang menggunakan otot besar, seperti berlari, melompat, dan sebagainya.
2.         Aspek Moral dan Keagamaan
Carol Seefeldt, dkk. (2008) menyebutkan bahwa perkembangan keagamaan meliputi pembiasaan perilaku positif, kemandirian, dan disiplin. Nilai moral sangat dibutuhkan agar anak dapat membedakan hal yang baik dan buruk.
Menurut Kolhberg anak dalam tahap pra-moral adalah ‘Pengamat’ yang  sangat cermat, yang selama tahun-tahun pertama kehidupannya dengan tepat dapat meramal apakah suatu tingkah laku akan dihukum atau dipuji oleh orangtua atau oleh orang dewasa lain yang mengasuhnya. Selain itu, pada tahap pra-moral ini konsistensi dalam mengganjar kejujuran, keterbukaan yang tulus, kerelaan menolong dan sifat-sifat moral lainnya dapat membentuk pola tingkah laku dan moralitas yang benar yang penting bagi anak di kemudian hari.                 
3.         Aspek Bahasa
Dengan mengetahui perkembangan bahasa anak maka dapat diketahui cara menghadapi anak dalam hal berkomunikasi. Jika ada anak yang perkembangan bahasanya lambat maka bisa dirangsang dengan berbagai cara.
4.         Aspek Kognitif
Perkembangan kognitif anak mengacu pada perkembangan kecerdasaan anak. Menurut Piaget, usia prasekolah identik disebut tahap pra-operasional (early childhood), yang ditandai dengan anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata dan gambar. Kata dan gambar ini merefleksikan peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui koneksi informasi inderawi dan tindakan fisik.
Pada tahap ini, anak lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis. Oleh karena itu, anak pada tahap ini perlu dilibatkan dalam interaksi sosial dengan teman sebayanya agar anak mampu mengurangi egosentris dengan memahami teman-temannya melihat suatu objek dengan cara yang berbeda. Anak dapat juga diminta untuk menata sekelompok objek untuk menggolongkan atau mengkategorikan objek-objek secara berurutan dan beralasan. Dengan demikian anak terbantu kemampuannya untuk mengurutkan.
Karakteristik lain dari anak pra-operasional ini adalah mereka suka mengajukan banyak pertanyaan. Banyaknya pertanyaan “mengapa” yang diajukan anak usia 3 -5 tahun membuat orang tua kesal sehingga orang tua bersikap marah dan menghentikan keinginan anak untuk bertanya lebih lanjut. Padahal anak yang bertanya ini merupakan pengalaman pertamannya mempertanyakan lingkungan sekitarnya yang merupakan awal minat anak untuk melakukan penelitian. Padahal ini kesempatan emas bagi orang tua untuk mengembangkan dan memberi stimulasi melalui jawaban reasoning atas pertanyaan yang diajukan. Untuk melatih persepektif yang beragam, anak diminta untuk menggambar objek dari persepektif tempat duduk yang berlainan. 
5.         Aspek Sosio-Emosional
Perkembangan ini meliputi perkembangan perasaan dan emosi serta pengembangan kemampuan sosial. Sebagai makhluk sosial, anak pertama kali berbicara, berinteraksi dengan orang tuanya dalam mengutarakan dan memenuhi kebutuhannya Selanjutnya anak pra-sekolah berkembang ke luar rumah khususnya kepada teman-teman dekat rumah dan di pendidikan TK-nya.
Di dalam interaksi antar anak saat bermain, mereka saling melibatkan emosi dan dengan sendirinya berupaya mengenali emosi teman lainnya dan mengalami emosi diri sendiri. Dalam suatu permainan dengan beberapa anak lainnya, anak mengenal dan memegang aturan main atau kesepakatan bersama. Ini berarti anak juga belajar mengendalikan diri untuk tidak semata-mata menuruti keinginannya atau mulai mengurangi sikap egosentris.
Dalam proses bermain atau kegiatan dalam pendidikan TK, anak mengenal dan mengalami emosi/perasaan yang berbeda seperti marah, sedih, gembira, bersemangat dan sebagainya. Secara bertahap anak memiliki kelompok teman bermain. Ia mulai mengenal secara sosial satu per satu nama teman bermainnya Anak yang perkembangan sosio-emosinya baik maka akan meningkatkan kepekaan terhadap kehidupan bermasyarakat. Dengan ini anak diharapkan dapat memperoleh kecerdasan intrapersonal, interpersonal, dan naturalistik.
6.         Aspek Seni
Pengembangan seni dapat dituangkan dalam seni musik, tari, gambar, dan keterampilan kerajinan tangan. Dengan demikian anak diharapkan dapat memiliki kecerdasan musikal dan visual-spatial.
Secara umum pendidikan anak usia dini dimaksudkan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut. Melalui pendidikan prasekolah anak di harapkan dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya antara lain agama, intelektual, sosial, emosi, dan fisik. Selain itu anak diharapkan menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan positif.
Dalam melaksanakan Pendidikan Pada Anak Usia Dini atau anak prasekolah hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.     Berorientasi pada Kebutuhan Anak
 Kegiatan Belajar pada anak TK haruslah berorientasi pada anak, karena pada usia ini, anak TK sangat membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio-emosional. Dan perlu digarisbawahi bahwa kebutuhan anak itu berbeda-beda. Maka dari itu, anak TK harus dilihat dan diperhatikan secara individu (satu-persatu).
b.     Belajar melalui Bermain
 Bermain merupakan sarana belajar bagi anak TK. Melalui bermain, anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan dari hal-hal yang ada disekitarnya.
c.      Lingkungan yang kondusif
 Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
d.     Menggunakan Pembelajaran Terpadu
 Pembelajaran pada anak TK harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.
e.      Mengembangkan berbagai keterampilan
 Mengembangkan keterampilan anak TK dapat dilakukan melalui proses pembiasaan (Conditioning). Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggung jawab serta memiliki disiplin diri.
f.      Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
 Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari alam sekitar maupun bahan-bahan yang telah disediakan guru sebelumnya.
g.     Dilaksanakan secara bertahap dan berulang
 Pembelajaran bagi anak TK hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep sederhana dan dekat dengan anak, lalu konsep yang lebih kompleks.

Pertanyaan Penelitian
Sehingga dengan demikian berkaitan dengan teori yang ada, dapat disimpulkan sebuah pertanyaan penelitian “Apakah metode pengajaran yang diterapkan pada TK Pembina I (Akreditasi A) dalam melaksanakan tugas membantu perkembangan potensi pada anak TK telah sesuai dengan teori dan konsep yang ada tentang Pendidikan Prasekolah (TK) yaitu "Bermain sambil Belajar" dan sudah mampu memenuhi tujuan instruksional dalam pelaksanaan PAUD, baik melalui segi penyediaan fasilitas dalam membantu proses belajar-mengajar maupun lingkungan yang memadai sebagai lokasi pengembangan potensi bagi anak TK?”

METODE PENGAMBILAN DATA
Pada penelitian proyek mini ini peneliti memutuskan untuk menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Poerwandari (1998) penelitian kualitatif  adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti wawancara, catatan lapangan, gambar, foto dan lain-lain.
Dan pada proyek mini ini peneliti menggunakan metode wawancara dan observasi dalam mengumpulkan setiap data atau informasi yang diperoleh guna mendukung keakuratan hasil penelitian.
Subjek yang kami wawancarai ialah guru dan pelaksana tugas pendidikan TK Pembina I (Ibu Ramsa), dan kami juga mengobservasi kegiatan belajar-mengajar yang sedang berlangsung, aktivitas bermain anak-anak TK serta kegiatan diskusi antara anak TK dan guru pendamping. Kami juga mengobservasi setiap ruangan yang ada di TK tersebut sebagai tempat pengembangan potensi anak TK, seperti ruangan alat musik, ruangan komputer, dan ruangan bermain.

ALAT DAN BAHAN
-         Kamera Digital untuk dokumentasi (foto-foto)
-         Buku dan Alat Tulis (untuk wawancara)
-         Laptop (untuk pengerjaan hasil penelitian)
-         Buku-buku referensi yang mendukung teori
-         Modem (untuk mengumpulkan informasi dari internet)

Pelaksanaan Penelitian
Adapun penelitian ini telah memiliki kesepakatan sebelumnya kepada pihak yang diteliti/subjek penelitian sehingga pada tanggal 15 Mei 2012, pukul 11.00 WIB, peneliti mengunjungi TK Pembina I untuk melakukan penelitian. Sesampainya di TK Pembina I peneliti berbincang-bincang dan menjelaskan kepada subjek penelitian tentang tujuan dari penelitian yang sedang diadakan. Lalu setelah subjek penelitian memahami tujuan penelitian, peneliti dibimbing oleh Ibu Ramsa selaku Pelaksana Tugas di TK Pembina I untuk melakukan observasi terhadap ruangan-ruangan yang ada di TK Pembina I yang digunakan anak-anak TK untuk memaksimalkan perkembangan potensinya.
Setelah melakukan observasi terhadap ruangan dan berbagai fasilitas yang ada di TK Pembina I, maka peneliti mewawancarai Ibu Ramsa berkaitan dengan metode yang diterapkan di TK Pembina I guna mengembangkan potensi baik akademis maupun seni dan bahasa bagi setiap anak TK. Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan saat wawancara ialah berkaitan dengan:
-       Lamanya pengalaman dalam Pendidikan Anak Usia Dini
-       Bagaimana fasilitas sebagai sarana dan prasarana yang ada di TK Pembina I
-       Metode pengajaran di TK. Pembina I
-       Bagaimana proses mengembangkan potensi anak TK (kemampuan akademik dan non akademik)
-       Penanganan terhadap anak yang memiliki kesulitan secara emosional
-       Kenyamanan mengajar bagi para guru
-       Bagaimana situasi anak-anak di TK. Pembina I

EVALUASI HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah kami lakukan di TK. Pembina I terdapat beberapa poin penting:
·      Pada TK Pembina I, pengembangan potensi anak TK tidak hanya difokuskan pada kemampuan akademis, tetapi juga potensi seni dan bahasa, serta potensi keagamaan anak disesuaikan dengan minat dan bakat yang ada pada anak. Hal ini ditunjukkan dengan adanya area-area yang disediakan bagi anak seperti area balok, area IPA (sains), area air dan pasir, area drama, area bahasa, area seni, area musik, dan area agama, pemanfaatan dari area yang telah disediakan diharapkan mampu mengembangkan aspek-aspek potensi dari setiap anak dan juga mampu mengembangkan sikap perilaku lewat nilai moral keagamaan serta sosio-emosional dan kemampuan dasar yaitu bahasa, kognitif, dan psikomotorik anak bisa berkembang dalam membantu kesiapannya memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
·      TK Pembina I telah menerapkan metode “Bermain sambil Belajar seraya Belajar sambil Bermain” dalam melakukan proses pembelajaran guna membantu dalam mengembangkan potensi anak, baik secara akademis maupun seni & bahasa. Kemampuan akademis seperti membaca, berhitung, menulis, dapat tercapai apabila pembelajaran diberikan kepada anak dengan cara yang benar yaitu dengan cara bermain, sehingga anak tidak merasa dipaksa untuk mahir dalam bidang ini, tetapi anak akan menyukai proses pembelajaran yang ada sehingga menimbulkan ketertarikan anak untuk belajar dan tentunya akan semakin dapat mengembangkan potensi yang ada pada setiap anak.
·      Adapun dalam tujuan mengembangkan setiap potensi yang ada pada anak, TK Pembina I menyusun sebuah RKH (Rencana Kegiatan Harian) yang dibagi menjadi 30 menit pertama sebagai kegiatan awal, 60 menit pertama sebagai kegiatan inti, 45 menit untuk relaksasi bagi anak lewat istirahat makan siang dan bermain, dan 30 menit terakhir untuk kegiatan akhir. Guna menjadikan proses pembelajaran semkain efektif, TK Pembina I memfokuskan kinerja guru dimana 1 orang guru bertanggung jawab terhadap 5-6 orang anak saja, sehingga perhatian guru lebih terarah dan terfokus pada pengembangan potensi anak TK.
·      Dunia anak tidak terlepas dari adanya emosional atau agresifitas yang berbeda dari tiap anak, oleh sebab itu TK Pembina I menerapkan kelembutan, kasih sayang, dan perhatian yang lebih dalam mendidik dan mengatasi anak-anak yang emosional dan agresif. TK Pembina I juga menerapkan teknik music theraphy (dengan angklung sebagai alat musiknya) dalam menurunkan tingkat emosional anak. Diharapkan dengan teknik ini, energi emosi anak dapat tersalur dengan aktifitas positif seperti bermain angklung, dengan adanya alunan musik yang merdu diharapkan mampu menurunkan agresifitas anak.
·      Pendidikan Anak Prasekolah juga harus memperhatikan kenyamanan dan keamanan guru dalam memberikan pembelajaran kepada anak TK. Pengalaman mengajar dalam Pembelajaran Anak Usia Dini juga mempengaruhi dalam mengatasi dan memberikan pembelajaran kepada anak TK. Guru yang belum memiliki pengalaman mengajar yang baik cenderung memahami anak secara umum bukan melihat kepada keinginan dan minat dari individu anak itu sendiri. Oleh sebab itu dalam mendidik Anak Prasekolah diperlukan adanya kredibilitas dari setiap guru yang memberikan pembelajaran guna memaksimalkan pengembangan potensi yang ada dalam diri anak TK. Guru harus menciptakan kedekatan dengan anak, sehingga anak merasa nyaman selama proses pembelajaran, karena masa TK merupakan masa transisi dari dunia rumah dengan dunia sosial, sehingga peran guru dalam menciptakan kedekatan dengan anak sangatlah penting.

KALKULASI DANA PROYEK MINI
-         Membeli Roti untuk subjek penelitian                               Rp.   50.000, 00
-        Transportasi menuju tempat penelitian                              Rp.   20.000, 00
                                                                                       Total Rp.   70.000, 00


 
TIME TABLE
No.
Kegiatan
Tanggal
1.

2.


3.


4.



5.

6.



7.


8.


9.

10.
11.

12.

14
Diskusi kelompok berkaitan dengan tuntutan tugas.
Pengumpulan Referensi dan pembuatan kerangka pengerjaan makalah
Pengerjaan Makalah:
-      Pendahuluan
-       Landasan Teori
Diskusi kelompok tentang subjek penelitian dan pengumpulan data berkaitan subjek penelitian yaitu alamat dan no.telp (TK Pembina I)
Diskusi kelompok pada tanggal berapa akan pergi ke TK Pembina I
Peneliti mengabarkan Subjek Peneliti pada tanggal berapa akan datang ke TK Pembina I untuk meneliti.
Pengumpulan data ke lapangan (Peneliti melakukan penelitian ke TK. Pembina I)
Pengurusan surat izin ke bagian akademik untuk diserahkan kepada subjek penelitian.
-  Pembahasan dengan hasil analisa lapangan
-       Kesimpulan
Pembuatan Poster sebagai hasil proyek mini
Diskusi akhir evaluasi tugas (testimoni)
Pengumpulan Tugas (posting blog)
23 April 2012

25 April 2012


     
      28 – 30 April 2012
01 – 02 Mei 2012
04 Mei 2012



11 Mei 2012

14 Mei 2012



15 Mei 2012


16 Mei 2012


16 Mei 2012

17 Mei 2012
05 Juni 2012

07 Juni 2012

08 Juni 2012


POSTER MINI PROYEK



TESTIMONI KELOMPOK

1. Merry Christine (11-054)

Pada awalnya saya merasa bingung dengan tujuan dari tugas mini proyek ini, namun setelah saya mengerjakannya saya menyadari bahwa tugas ini sangat berarti dalam mendukung perkembangan pendidikan saya kedepannya. Beragam kesulitan dalam mengerjakan mini proyek ini baik itu penyatuan ide dari tiap anggota kelompok, sampai kepada kesulitan dalam meminta subjek penelitian untuk bersedia bekerja sama menjadi pengalaman menarik bagi saya dalam meneruskan pendidikan maupun penelitian di masa yang akan datang. Melalui tugas mini proyek ini saya belajar bahwa ternyata dunia psikologi dapat diterapkan pada fenomena pendidikan yang ada.

 2. Cynthia Marilyn Sitompul (11-070)

Saat pertama kali saya diberikan tugas mini proyek ini, saya merasa kebingungan harus memulai darimana. Lalu, saya melihat acuan, dan mulai ada gambaran mengenai mini proyek lagi. Lalu, kami harus memilih topik, jadi bingung lagi haha. Tapi, akhirnya kami memutuskan untuk memilih topik ruang lingkup prasekolah ini. Saat merencanakannya tentu kami menemukan banyak kesulitan untuk menemukan kata sepakat. Namun, akhirnya itu semua bisa kami atasi. Dan akhirnya, kami pun terjun ke lapangan. Perasaan saya sangat senang, karena ilmu yang saya peroleh dapat saya bandingkan dengan kenyataan di lapangan. Jadi, sangat senang lah mendapat tugas mini proyek ini. Menambah wawasan. Terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah, Bu Dina, karena telah memberikan dan mengarahkan kami dalam mengerjakan proyek yang sangat menarik ini.

3. Galih Mataro (11-111)

Tugas mini proyek ini amat menantang dan mengundang mahasiswa untuk mulai menetapkan rencana skripsi yang akan ditulis. Perencanaan awal terhadap pengerjaan proyek mini ini sangat mengesankan. Hingga pada akhirnya proyek mini ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu adalah merupakan hasil kerjasama yang baik antar anggota kelompok dengan dosen pengampu mata kuliah yaitu Ibu Dina yang memberikan keterangan dan pengarahan yang tepat dalam kami mengerjakan proyek mini. Segala kesulitan yang kami alami dalam pengerjaan proyek mini ini telah mampu diatasi dengan baik. Terima kasih Bu Dina atas arahannya.


 

 DAFTAR PUSTAKA

 

 Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group

 Papalia, D.E. 2003. Child Development : A Topical Approach . New York : McGraw-Hill

 Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Ed 5. Jakarta : Erlangga 


TESTIMONI PRIBADI TUGAS MINI PROYEK 2012 MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Pertama kali saya baca tugas mini proyek psikologi pendidikan di blogger Ibu Dina, terus terang saya agak bingung karena tak dapat terbayangkan tugas ini bilamana saya mengingat-ingat tugas-tugas yang pernah saya kerjakan sebelumnya ketika status saya masih sebagai siswa SMA 1 Negeri Medan. Muncul bermacam pikiran dalam benak saya apakah tugas ini sama dengan sebuah penelitian yang harus diselesaikan seorang calon sarjana psikologi atau sebuah proposal yang diajukan seorang peneliti. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus terlintas dalam pikiran saya. Sehingga terus terang saya didorong membaca berulang-ulang untuk mengetahui hal pokok yang menjadi tuntutan tugas mini proyek 2012 psikologi pendidikan ini. Dari hasil membaca saya, saya diskusikan dengan temaan-teman, di sela-sela kesibukannya bertanya/mendiskusikannya pada orang tua yang juga seorang pendidik di perguruan tinggi. Akhirnya dapatlah gambaran tentang tugas ini dimana hasil akhirnya adalah sebuah poster, laporan kegiatan dan testimoni kelompok maupun individu. Setelah kelompok sepakat memilih tema dan topik pendidikan pra-sekolah, meski sempat mengunjungi beberapa TK di kota Medan, akhirnya diputuskan lokasi pengambilan datanya di TK Pembina  I. Hal yang sangat asyik dan menyenngkan adalah ketika bersama-sama dengan anak TK dan guru-guru pada saat bermain di halaman, anak TK bermain seraya belajar, penuh tawa, berlari-lari dengan suka cita. Saya baru menyadari hal teori yang dipelajari di kampus ternyata ada pelaksanaannya di lapangan/sekolah TK Pembina, terutama tentang perkembangan sosial-emosional, berbahasa, motorik lari sana lari sini dan sifat pribadi. Terima kasih atas bimbingan Bu Dina sehingga tugas ini dapat selesai dan terasa begitu besar manfaatnya.