Piaget mengemukakan beberapa
defenisi inteligensi, yaitu, “…intelligence
is a particular instance of biological adaptation…”; “…is the form of
equilibrium towards which the successive adaptations and exchanges between the
organism and his environment are directed…”; a system of living and acting
operations …” (Ginsburg & Opper, 1979). Definisi yang pertama
mengemukakan bahwa inteligensi merupakan suatu kemampuan adaptasi biologis
manusia. Sistem adaptasi ini berfungsi untuk dapat berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan pada suatu tingkat psikologis. Defenisi kedua menunjukkan
bahwa inteligensi menunjukkan bahwa inteligensi merupakann bentuk keseimbangan
dalam proses adaptasi dan perubahan organisma menghadapi lingkungannya.
Keseimbangan merupakan suatu penysuaian yang harmonis, paling sedikit pada dua
faktor, yaitu antara individu atau struktur kognitif dengan lingkungannya.
Defenisi ketiga menunjukkan suatu sistem pikiran dan bertindak yang
dilatarbelakangi oleh aktivitas mental yang terstruktur. Dari ketiga dimensi
Piaget di atas dapat dilihat bahwa pada akhirnya Piaget melibatkan aspek
kemampuan intelektual secara kuat.Pendapat yang lain, intelligensi adalah suatu
kapasitas seseorang untuk (1) memperoleh pengetahuan (contoh: belajar dan
memahami), (2) menerapkan pengetahuan (memecahkan masalah), dan (3) terlibat
dalam penalaran abstrak.
Salah satu contoh tes inteligensi
ialah Tes Matriks progresif merupakan tes kemampuan umum (general mental ability) yang dikembangkan oleh Raven yang disusun
sedemikian rupa sehingga pengaruh (hallo
efect) kemampuan verbal, kondisi budaya, dan tingkat pendidikan terhadap
hasil tes diperkecil (Raven, 1960). Tes ini disusun berdasarkan pengukuran
Spearman atas factor umum “Spearman’s g factor (Anastasi, 1990). Tes ini dapat
diberikan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes Matriks progresif
bentuk standar terdiri atas kelompok A, B, C, D, dan E. Masing-masing sub-tes
terdiri atas dua belas butir. Dengan demikian, keseluruhan tes berisi enam
puluh butir soal. Pada dasarnya masing-masing butir disusun berdasarkan atau
dasar urut-urutan tingkat kesukaran, dari yang paling mudah sampai yang paling
sukar. Untuk butir kelompok A dan kelompok B disediakan enam macam alternatif
pilihan jawaban, sedangkan untuk kelompok C, D, dan E terdapat delapan pilihan
jawaban. Di antara alternatif pilihan jawaban yang bermacam-macam itu, untuk
masing-masing butir hanya ada satu jawaban yang benar.
Sedangkan
IQ (Intelligence Quotient/angka kecerdasan) adalah penggolongan tingkat
inteligensi subjek (Raven, 1960) yang dalam hal ini didasarkan atas nilai
persentil yang didapat individu sebagai berikut:
- “intellectually superior”, bagi subjek yang nilainya pada persentil ke-95 ke atas;
- “definitely above the average in intellectual capacity”, bagi subjek yang nilainya terletak antara persentil 75 sampai dengan persentil 94;
- “intellectually average”, yaitu kelompok subjek yang nilainya berkisar antara persentil ke – 25 sampai dengan persentil ke – 74;
- “definitely below average in intellectual capacity”, bagi subjek yang nilainya antara persentil ke -5 sampai dengan persentil ke -24;
- “intellectually defective”, yaitu jika nilai subjek terletak pada dan di bawah persentil yang ke – 5.
Seseorang
yang memperoleh skor persentil 95 ke atas dalam tes PM dikatakan seseorang itu
memiliki kecenderungan IQ pada tingkat superior. Pendapat lain mengatakan Intelligence Quotient (IQ) is the score you
get on an intelligence test. Originally, it was a quotient (a ratio): IQ =MA/CA
x 100. (MA= Mental Age; CA= Calender age). Jelaslah perbedaannya bahwa IQ
merupakan angka yang dicapai seseorang sebagai tingkat kecerdasannya, sedangkan
inteligensi adalah kemampuan umum seseorang dalam beradaptasi dengan
lingkungannya.
Kepustakaan
Galih Mataro
111301111
Tidak ada komentar:
Posting Komentar