Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai
dengan usia enam (0-6) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak
usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan
fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional ( sikap dan perilaku
serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
B.
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam membangun Bangsa
Kondisi Sumber Daya Manusia Indonesia
berdasarkan hasil suvei yang dilakukan oleh PERC (Political and Economic Risk Consultancy) pada bulan Maret 2002
menunjukkan kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat ke-12 terbawah
di kawasan ASEAN yaitu setingkat di bawah Vietnam. Rendahnya kualitas hasil
pendidikan ini berdampak terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Dalam kondisi seperti ini tentunya sulit bagi bangsa Indonesia untuk
mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
Pembangunan sumber daya manusia yang
dilaksanakan di Negara-negara maju seperti Amerika serikat, Jerman, Jepang dan
sebagainya, dimulai dengan pengembangan anak usia dini yang mencakup perawatan,
pengasuhan dan pendidikan sebagai program utuh dan dilaksanakan secara terpadu.
Pemahaman pentingnya pengembangan anak usia dini sebagai langkah dasar bagi
pengembangan sumber daya manusia juga telah dilakukan oleh bangsa-bangsa ASEAN
lainnya seperti Thailand, Singapura, termasuk Negara industri Korea Selatan. Bahkan
pelayanan pendidikan anak usia dini di Singapura tergolong paling maju apabila
dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN lainnya.
Di Indonesia pelaksanaan Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) masih terkesan ekslusif dan baru menjangkau sebagian kecil
masyarakat. Meskipun berbagai program perawatan dan pendidikan bagi anak usia
dini ( 0-6 th) telah dilaksanakan di Indonesia sejak lama, namun hingga tahun
2000 menunjukkan anak usia 0-6 th yang memperoleh layanan perawatan dan
pendidikan masih rendah. Data tahuan 2001 menunjukkan bahwa dari 26,2 juta anak
usia 0-6 th yang telah memperoleh layanan pendidikan dini melalui berbagai
program baru sekitar 4,5 juta anak (17%). Kontribusi tertinggi melalui Bina
Keluarga Balita (9,5 %). Taman Kanak-Kanak(6,1%). Raudhatul Atfal (1,5%).
Sedangkan melalui Penitipan Anak dan Kelompok Bermain kontribusinya
masing-masing sangat kecil yaitu sekitar 1% dan 0,24%.
Masih rendahnya layanan pendidikan dan
perawatan bagi anak usia dini saat ini antara lain disebabkan masih terbatasnya
jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan dini jika dibandingkan dengan
jumlah anak usia 0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan tersebut.
Pendidikan anak usia dini tidak sekedar
berfungsi untuk mengoptimalkan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang
lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak
usia dini sepatutnya juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan
tidak terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan.
Artinya, pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja
seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya,
dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan
anak usia dini.
Dewasa ini masyarakat semakin menyadari
pentingnya pendidikan TK. Hal ini tampak dengan berkembangnya TK di seluruh
Indonesia. Tahun 1969 jumlah TK di seluruh Tanah Air hanya 6872 sedangkan tahun
1985 sudah meningkat menjadi 25.382 TK dengan jumlah murid 1.258.468 orang
(Agus,F.T,: 1986).
ASPEK FISIK
Secara fisik, anak membutuhkan nutrisi dan
perhatian yang baik serta kesehatan oral. Nutrisi yang baik memungkinkan
pertumbuhan dan perkembagan otak dan rangka yang maksimal. Anak sedang mematangkan tulang dan kerja
otot-otot. Pada dasarnya anak memiliki bahan dasar untuk berkembangnya
keterampilan motorik kasar seperti berlari, melompat, yang melibatkan
penggunaan otot besar dan motorik halus.Keterampilan motorik halus merupakan
keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan,
seperti mengancing baju, melukis gambar. Dengan menguasai keterampilan ini anak
dapat melaksanakan tanggung jawab lebih besar seperti merawat diri sendiri.
Apabila kedua keterampilan di atas terus dikembangkan maka anak akan
menghasilkan kemampuan yang lebih kompleks, yang kombinasinya dikenal dengan
nama sistem tindakan. Untuk menghindarkan anak miskin akan
keterampilan-keterampilan tersebut, peran pendidikan anak usia dini begitu
penting dalam menguasai keterampilan motorik kasar, halus, dan sistem tindakan.
ASPEK
SOSIO-EMOSIONAL
Anak usia dini juga merupakan makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial, anak pertama kali berbicara, berinteraksi dengan orang
tuanya dalam mengutarakan dan memenuhi kebutuhannya Selanjutnya anak
pra-sekolah berkembang ke luar rumah khususnya kepada teman-teman dekat rumah
dan di pendidikan Taman Kanak-kanaknya. Sebenarnya masa pra-sekolah/usia dini
ini adalah masa bermain dan kegiatannya lebih banyak pada kegiatan bermain
ketimbang belajar secara akademik. Di dalam interaksi antar anak saat bermain,
mereka saling melibatkan emosi dan dengan sendirinya berupaya mengenali emosi
teman lainnya dan mengalami emosi diri sendiri. Dalam suatu permainan dengan
beberapa anak lainnya, anak mengenal dan memegang aturan main atau kesepakatan
bersama. Ini berarti anak juga belajar mengendalikan diri untuk tidak
semata-mata menuruti keinginannya atau mulai mengurangi sikap egocentris. Dalam
proses bermain atau kegiatan dalam pendidikan TK, anak mengenal dan mengalami
emosi/perasaan yang berbeda seperti marah, sedih, gembira, bersemangat dan
sebagainya. Secara bertahap anak memiliki kelompok teman bermain. Ia mulai
mengenal secara social satu per satu nama teman bermainnya.
ASPEK KOGNITIF
Menurut Piaget, usia dini ini identik disebut
tahap pra-operasional (early childhood),
yang ditandai dengan anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata dan gambar.
Kata dan gambar ini merefleksikan peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui
koneksi informasi inderawi dan tindakan fisik. Pada tahap ini, anak lebih
bersifat egocentris dan intuitif ketimbang logis. Oleh karena itu, anak pada
tahap ini perlu dilibatkan dalam interaksi sosial dengan teman sebayannya agar
anak mampu mengurangi egocentris dengan memahami teman-temannya melihat suatu
objek dengan cara yang berbeda. Anak dapat juga diminta untuk menata sekelompok
objek untuk menggolongkan atau mengkategorikan objek-objek secara berurutan dan
beralasan. Dengan demikian anak terbantu kemampuannya untuk mengurutkan. Karakteristik
lain dari anak pra-operasional ini adalah mereka suka mengajukan banyak
pertanyaan. Banyaknya pertanyaan “mengapa” yang diajukan anak usia 3 -5 tahun
membuat orang tua kesal sehingga orang tua bersikap marah dan menghentikan
keinginan anak untuk bertanya lebih lanjut. Padahal anak yang bertanya ini
merupakan pengalaman pertamannya mempertanyakan lingkungan sekitarnya yang
merupakan awal minat anak untuk melakukan penelitian. Padahal ini kesempatan
emas bagi orang tua untuk mengembangkan dan memberi stimulasi melalui jawaban reasoning atas pertanyaan yang diajukan.
Untuk melatih persepektif yang beragam, anak diminta untuk menggambar objek
dari persepektif tempat duduk yang berlainan.
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar