Total Tayangan Halaman

Rabu, 23 Mei 2012

Minat pada anak

MINAT PADA SEKOLAH
1. Minat Anak pada Sekolah
            Minat pada anak kecil ditandai oleh keinginan untuk sekolah. Dalam pandangan anak, pergi ke sekolah berarti “menjadi besar.” Jadi, sekolah merupakan lambang status bagi anak. Naik turunnya minat pada anak, bersifat individual (berbeda antara satu anak dengan anak lainnya). Ada anak yang menunjukkan kebertahanan minat tinggi sampai pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, namun ada anak yang menunjukkan kebosanan, sehingga enggan pergi sekolah.
            Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi minat anak pada sekolah. Dapat diketahui berikut ini.
1)      Pengalaman dini sekolah
Anak yang memasuki sekolah telah ”siap” dengan anak yang ”tidak siap”, akan berbeda. Anak yang telah siap dan mempunyai pengalaman belajar-bermain yang menyenangkan di dalam kelompok belajar  Taman Kanak-Kanaknya, akan mudah menyesuaikan diri dengan situasi sekolah, dan bersikap positif terhadap sekolah. Sementara anak yang tidak siap akan mengalami kesulitan menyesuaikan diri, merasakan sekolah sebagai suatu lingkungan yang menekannya, sehingga ia bersikap negatif terhadap sekolah.
2)   Pengaruh orang tua
            Orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap sekolah, guru, kegagalan dan kesuksesan prestasi, optimalisasi potensi. Orang tua yang mempersiapkan anak sebelum memasuki sekolah, akan memudahkan penyesuaian diri anak. Setelah sekolah, orang tua mempengaruhi minat belajar anak melalui sikap terhadap keberhasilan dan kegagalan anak di sekolah. Sikap orang tua yang memahami kekurangan anak, kemudian memberi dorongan untuk terus berprestasi, akan menentramkan anak. Sebaliknya, orang tua yang terlalu menuntut anak untuk berprestasi, dapat membebani anak, sehingga anak menerima pengalaman buruk tentang sekolah.
3)  Sikap teman sebaya
            Teman sebaya mempengaruhi anak antara lain melalui penerimaan dan penolakan teman sebaya terhadap diri anak. Untuk dapat diterima oleh teman sebayanya, maka anak harus belajar menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan minat yang dianut oleh kelompok, misalnya minat dalam mengisi waktu istirahat di sekolah, memilih minat kegiatan ekstra kurikuler. Anak yang tidak dapat menyesuaikan diri atau tidak mampu terlibat ikut serta  sebagaimana teman-temannya di dalam kelompok kegiatan, maka anak tersebut tidak tertarik dan kemungkinan mengundurkan diri dari lingkungan yang tidak menyenangkannya tersebut.
4.      Keberhasilan akademik
Prestasi akademik yang tinggi menumbuhkan minat anak pada lingkungan sekolah, dan sebaliknya prestasi akademik yang rendah, menimbulkan perasaan tidak senang di lingkungan kelompok/sekolah dimana anak berprestasi rendah. Kegagalan anak untuk naik kelas, dapat mengakibatkan anak menghindari lingkungan dan mengurangi minat sekolahnya.
5.  Hubungan guru dengan murid
            Interaksi guru terhadap murid yang menunjukkan keramahan, kehangatan, kasih sayang, akan menumbuhkan minat sekolah yang tinggi.
6. Suasana emosional di sekolah
            Suasana sekolah yang terdiri dari kondisi fasilitas fisik, para guru, pembimbing sekolah, wali kelas, pegawai, kepala sekolah, yang menyenangkan, memberi rasa nyaman, tidak otoriter maupun tidak penuh kebebasan, melainkan demokratis yang terpimpin, merupakan lingkungan emosional yang baik untuk minat sekolah dan minat belajar anak yang tinggi.
            Hal penting lain mengenai minat anak pada sekolah ialah bahwa minat menjadi lebih selektif dengan bertambahnya usia. Bila pada awalnya anak ingin sekali menjadi warga sekolah, maka anak yang lebih tua bersikap memilih aktivitas sekolah yang disukainya (selektif). Sebagai contoh, ada anak yang terutama tertarik pada kegiatan akademik, tetapi ada anak lainnya lebih menyukai kegiatan ekstrakurikuler. Berkenaan dengan ketertarikan atau arah minat ini, maka oleh karena sebagian besar waktu di sekolah digunakan untuk kegiatan akademik daripada kegiatan ekstrakurikuler, maka situasi ini membuat anak yang tidak menyukai kegiatan akademik cenderung mengembangkan sikap yang tidak menguntungkan terhadap sekolah.
            Terdapat pula minat yang selektif dalam bidang/mata pelajaran. Anak-anak cenderung tertarik pada mata pelajaran yang mereka anggap sesuai dengan kebutuhan mereka, sesuai dengan jenis kelamin, mudah mempelajari dan menghasilkan angka baik. Sebaliknya, siswa cenderung tidak tertarik pada mata pelajaran yang mereka anggap tidak relevan, tidak sesuai dengan jenis kelamin, sukar, membosankan, diajarkan dengan buruk,  dan yang menghasilkan nilai buruk.
           
2. Pengaruh Minat terhadap Sekolah
            Siswa yang tertarik dan/atau berminat pada sekolah baik dalam kegiatan belajar, dalam hubungan dengan guru beserta personil sekolah lainnya, dalam menerima keterampilan guru mengajar dan mendidik, menjalani kondisi fisik sekolah, dan mengikuti program-program kegiatan sekolah, maka siswa akan menunjukkan perilaku positif terhadap sekolah. Siswa akan tampak bahagia dan nyaman di sekolah, menghabiskan waktunya yang banyak di sekolah, mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler, menghormati para guru dan personil sekolah lainnya, mematuhi disiplin sekolah, aktif dalam mengikuti pelajaran, dan bangga akan sekolahnya.
            Pada sisi lain, anak yang merasa bosan di sekolah, akan memunculkan perilaku bermasalah. Dari anak seperti ini, muncul perilaku mengganggu teman, menjengkelkan guru, tidak menyelesaikan tugas, hadir ke sekolah terlambat, ketidak hadiran di sekolah, membolos (tidak masuk ke sekolah, walaupun dari rumah berangkat menuju sekolah), membolos pada jam-jam mata pelajaran pada tertentu, prestasi belajar rendah. 
            Bosan di sekolah atau  bosan mengikuti pelajaran dan kegiatan sekolah adalah indikator penting dari tidak adanya minat anak terhadap sekolah. Pada halaman berikut ini dapat dilihat gambar tentang beberapa faktor yang menimbulkan rasa bosan sekolah dan efeknya yang luas (Hurlock, 1978: 443).

3. Metode Menemukan Minat Anak
Untuk menemukan minat yang lebih akurat, yakni bukan sekadar menemukan kesenangan, maka penemuan minat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu metode. Beberapa cara/metode menemukan minat anak dapat dilakukan sebagai berikut:
1)      Mengamati kegiatan yang dilakukan oleh anak
Dalam mengamati kegiatan yang dilakukan oleh anak, akan diketahui arah minat anak berdasarkan frekuensi melakukan dan intensitasnya. Intensitas dapat diketahui melalui lamanya waktu yang digunakan oleh anak, kesungguhan menghadapi tantangan dalam perbuatan sesuai minatnya, dan tingkat ketidak bosanannya. 
2)      Pertanyaan yang diajukan oleh anak.
Bila anak terus menerus bertanya mengenai sesuatu, hal ini mengindikasikan bahwa minat anak pada hal tersebut lebih besar daripada minatnya pada hal yang hanya sekali-sekali ditanyakan.
3)      Pokok pembicaraan anak
Hal yang dibicarakan anak dengan orang dewasa atau teman sebaya memberi petunjuk mengenai minat mereka dan seberapa kuatnya minat tersebut.
4)      Pilihan bahan bacaan anak
Dalam kondisi dimana anak bebas memilih buku untuk dibaca, maka minat anak dapat diidentifikasi melalui pilihan topik yang dipilihnya.
5)      Menggambar spontan.
Apa yang digambar atau dilukis anak secara spontan dan seberapa sering mereka mengulangnya akan memberi petunjuk tentang minat mereka terhadap sesuatu.
6)      Keinginan.
Bila ditanyakan kepada anak mengenai apa yang ia inginkan bila mereka dapat memperoleh apa saja yang mereka inginkan, maka kebanyakan anak dengan jujur akan menyebut hal-hal yang paling diminati. Dengan demikian, jawaban anak mencerminkan arah minat mereka.
7)      Laporan mengenai apa saja yang diminati.
Bila ditanya untuk menyebut atau menulis tiga benda atau kegiatan yang paling diminati oleh anak, maka jawaban anak ini merupakan petunjuk tentang hal yang disenanginya dan arah minatnya.  

BAHAYA-BAHAYA DALAM PERKEMBANGAN MINAT
Bahaya umum berkenaan dengan perkembangan minat anak, penting dipahami agar guru/orang tua terhindar dari perbuatan menemukan, mengembangkan minat yang salah. Kesalahan dapat terjadi pada: 1. Kecenderungan menginterpretasikan kesenangan sebagai minat, 2. Pengaruh teman sebaya terhadap minat, 3. Minat anak yang berbeda dari minat teman sebaya, dan 4. Minat anak yang tidak realistis. Penjelasan dikemukakan berikut ini.
1.      Menginterpretasikan kesenangan sebagai minat
Kegiatan anak melakukan sesuatu dalam waktu yang lama disebabkan oleh beberapa faktor seperti mengisi waktu luang yang panjang, tidak ada kegiatan lain yang lebih menarik, karena alasan sedang menjadi mode. Alasan-alasan ini tidak berarti bahwa kegiatan yang dilakukan oleh anak adalah kegiatan yang diminatinya, melainkan suatu kegiatan yang disenanginya, yang tidak akan bertahan lama sebagaimana suatu minat.
Kesalahan orang tua menginterpretasikan kesenangan sebagai minat mengakibatkan orang tua cenderung melengkapi kebutuhan anak untuk perkembangan kesenangan, sehingga anak menjadi terfokus pada bidang yang sesungguhnya tidak menjadi minatnya. Hal ini juga berarti bahwa penemuan minat anak yang sebenarnya, menjadi kekurangan kesempatan.
Pada sisi anak, anak menjadi sulit untuk ke luar dari pemfokusan kegiatan kesenangan yang telah dilakukan, karena ia tidak ingin mengecewakan orang tua yang telah memfasilitasi dengan berbagai fasilitas atau ia tidak ingin dipandang sebagai anak yang tidak stabil pada pilihan minatnya. Pada akhirnya anak berusaha mempertahankan perasaan bosan pada kesenangan sementara yang telah diinterpretasikan sebagai minat tersebut. Perasaan bosan menjadi tekanan bagi anak, sehingga menimbulkan frustasi.
Orang tua yang terlalu cepat menafsirkan kesenangan anak sebagai minat dapat dilihat pada contoh tingkah laku orang tua berikut: Orang tua menginterpretasikan anaknya berminat pada bidang teknik melalui gejala tingkah laku anak yang suka bermain permainan elektronik dan suka membongkar pasang. Contoh lain, orang tua menginterpretasikan anaknya mempunyai minat dalam bidang komputer oleh karena anak sering menggunakan komputer untuk mengetik dan membuka internet.
2.      Pengaruh teman sebaya pada minat
Ada kecenderungan bahwa anak menyesuaikan diri dengan teman sebaya mereka, terutama pada anak usia remaja. Pada anak usia SD, adakalanya hal ini terjadi. Hal yang tidak diinginkan, apabila anak mengikuti kesenangan atau kebiasaan teman sebaya yang buruk, misalnya  minat belajar yang rendah. Dapat pula anak mengikuti kegiatan teman yang tidak disukainya, namun agar ia merasa bagian dari kelompoknya, ia terpaksa mengikuti minat kelompok.
3.      Minat yang berbeda dari minat teman sebaya
Dapat terjadi bahwa penerimaan terhadap anak di kalangan teman sebayanya dipengaruhi oleh arah kesenangan atau arah minat yang sejalan atau sama. Jika minat seorang anak sangat berbeda dari teman-teman sebayanya, khususnya dalam gangnya, maka hal ini dapat menimbulkan penolakan. Misalnya, sekelompok anak dalam satu gang menyenangi olahraga bola kaki, tetapi seorang anak kurang menyukai dan kurang terampil pada kegiatan olahraga bermain bola kaki. Sebaliknya, ia senang membaca buku-buku pelajaran, termasuk membaca komik cerita silat. Kesenangan yang berbeda tersebut, membuat anak jarang diajak bermain bersama teman gangnya, kalaupun ia ikut, hanya berperan sebagai penonton. Keadaan ini membuat anak mengalami kesulitan penyesuaian pribadi dan sosial di lingkungan gangnya (anak merasa inferior), dan akhirnya ia akan mengundurkan diri dari kelompoknya yang tidak sejalan dalam kesenangan tersebut.
 4. Minat yang tidak realistis
            Tidak jarang dijumpai keadaan dimana bayangan anak berbeda jauh dengan kenyataan yang dihadapinya. Misalnya, anak mengharapkan sekolah maupun orangtua merupakan tempat ia bertanya apabila menemui kesulitan dalam memahami pelajaran-pelajaran sekolah. Kenyataan yang dihadapi, guru kurang memberi penjelasan karena keterbatasan waktu guru di sekolah dan orangtua selalu sibuk dengan kegiatannya, sehingga mereka tidak bisa membantu menyelesaikan kesulitan yang dihadapi oleh anak. Keadaan ini mengakibatkan minat anak untuk belajar menurun, anak menyadari bahwa harapannya untuk memiliki nilai baik di sekolah tidak akan tercapai karena kurangnya dukungan lingkungan, termasuk ketiadaan fasilitas belajar seperti buku-buku pengayaan yang mempermudah pemahaman pelajaran.
5.      Bobot emosional yang kurang
Minat anak akan lebih terhambat apabila tidak mendapat dukungan yang cukup pada aspek emosional daripada aspek kognitif. Dapat diilustrasikan sebagai berikut: Anak meminta dibelikan sebuah kalkulator kepada orangtua untuk digunakan dalam menyelesaikan hitungan rumus-rumus matematika. Anak hendak menggunakan kalkulator tersebut untuk mengeksplorasi fungsi-fungsi kalkulator yang lebih kompleks, yang ingin diketahuinya. Menanggapi permintaan anak tersebut, bila orangtua menjawab bahwa orangtua perlu waktu untuk memenuhinya dan akan memenuhi segera setelah mempunyai uang, maka atas jawaban orangtua tersebut, anak tidak mengalami perasaan negatif, dibandingkan jika orangtua menanggapi permintaan anak dengan mengatakan: ”Jangan terlalu banyak permintaan, jangan menyulitkan orangtua lagi.” Jawaban orangtua yang terakhir mengganggu kenyamanan emosi anak, sehingga kondisi emosi anak yang terganggu tersebut membuatnya kecil hati atau marah. Konsekuensinya anak mengabaikan minat mengeksplorasi fungsi- fungsi kalkulator.

MENGEMBANGKAN MINAT ANAK

1. Mengembangkan Minat secara Umum:
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu anak melihat bagaimana hubungan antara yang diharapkan diminati dengan kepentingan diri anak. Proses ini berarti menunjukkan pada anak bagaimana suatu minat dapat memenuhi tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila anak menyadari peran penting dari suatu hal yang diharapkan menjadi minatnya, maka ia akan tertarik untuk mendekat pada minat yang diharapkan tersebut. Untuk contoh, berikut ini adalah upaya guru BK (konselor sekolah) bersama guru bahasa Inggeris dalam menumbuhkan minat belajar seorang siswa: Siswa X menunjukkan minat yang rendah pada pelajaran bahasa Inggeris, meskipun dari observasi guru di kelas, siswa X mempunyai potensi tinggi dalam bahasa Inggeris. Nilai yang dicapai oleh X selama ini berada di bawah rata-rata potensi dirinya. Setelah ditelusuri oleh guru BK melalui wawancara pada siswa X, ternyata siswa X tidak berminat terhadap pelajaran bahasa Inggeris, oleh karena ia kurang merasakan manfaat yang luas dari keterampilan berbahasa Inggeris. Ia hanya melihat bahasa Inggeris sebagai bahasa ketiga setelah bahasa yang ia gunakan sehari-hari, yaitu bahasa ibu di rumah dan bahasa Indonesia di luar rumah. Setelah diberitahu bahwa dengan kemampuan berbahasa Inggeris siswa X akan memperoleh banyak manfaat, yaitu memudahkan X mendapatkan pekerjaan kelak, memungkinkan X mendapat pekerjaan yang menjanjikan kesejahteraan lebih tinggi, memungkinkannya untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang dari berbagai negara, memungkinkan X untuk melanjutkan studi ke luar negeri, dan seterusnya, maka setelah disadarkan akan manfaat menguasai bahasa Inggeris tersebut, siswa X mulai menunjukkan minat belajarnya.
Menghadapi minat anak yang belum cukup kuat, guru (pendidik) dan orang tua harus terus berusaha memperkuat minat anak, sehingga minat yang pada mulanya lemah, atau mungkin merupakan minat ekstrinsik (minat yang dikuatkan oleh faktor-faktor di luar diri anak), menjadi minat intrinsik (minat yang berasal dari diri sendiri). Minat intrinsik ditumbuhkan dengan cara menyadarkan anak tentang pentingnya suatu minat.
Minat dapat pula dirangsang melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan aktual sesuai dengan karakteristik perkembangan anak. Misalnya pada periode perkembangan awal remaja maupun periode kanak-kanak, pengembangan minat dilakukan dengan melibatkan (menyertakan) teman-teman sebaya yang mempunyai arah minat yang sama. Dengan melibatkan orang lain yang sebaya, anak/remaja akan lebih terdorong.
Memberi kesempatan yang luas kepada anak untuk terlibat dalam berbagai kegiatan, melakukan sesuatu dengan benda-benda/barang-barang yang menarik maupun yang kurang menarik perhatiannya, merupakan cara yang sangat baik untuk merangsang minat-minat baru dalam diri anak, yang sebelumnya belum muncul. Untuk memberi kesempatan yang luas ini, orang tua/guru memfasilitasi anak dengan berbagai alat/benda, kegiatan, dan waktu.
Penting dicermati agar orang tua/guru tidak terlalu cepat memfokuskan anak atau menyimpulkan anak pada suatu minat tertentu. Tindakan memfokuskan anak yang terlalu dini pada suatu minat tertentu, akan mengurangi kesempatan anak menemukan minat-minat lain. Orang tua/guru juga menghindari sikap mengindoktrinasi  anak, melainkan bersikap menstimulasi (merangsang) kemunculan suatu minat. Sikap seperti ini memperluas anak untuk menentukan sendiri minatnya.
Stimulasi minat yang diberikan kepada anak disesuaikan dengan kemampuan menerima anak. Stimulasi yang berlebihan dapat menimbulkan kekhawatiran anak, oleh karena ia merasa terlalu dituntut. Anak merasa dibebani, dan juga menjadi jenuh. Dalam menstimulasi minat anak, juga harus menitikberatkan pada kebutuhan dan ketertarikan anak, bukan mengutamakan keinginan orang tua/guru. Penting ditekankan bahwa minat yang hendak dibangun adalah minat anak, bukan minat orang tua/guru, oleh karenanya upaya-upaya pengembangan harus berangkat dari diri anak.
Dalam proses mengembangkan minat anak, guru/orang tua harus menanggapi anak dengan tepat, yakni merespon yang sifatnya membangun gairah, ketertarikan anak untuk mengeksplorasi kemampuan-kemampuan diri dan lingkungannya. Memberi ganjaran (reward) kepada anak atas hasil dari perbuatan minatnya, merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan gairah anak melalui pengaruh eksternal. Jenis ganjaran disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan anak, misalnya apakah dalam bentuk pujian, makanan, benda-benda yang disukai anak, kesempatan menikmati rekreasi, penegasan prestasi di depan khalayak. Pemberian ganjaran tersebut merupakan upaya untuk melibatkan aspek afektif anak, aspek afektif ini lebih mempertahankan minat yang ada ketimbang aspek kognitif. Di samping itu, sangat penting diterapkan bahwa dalam mengungkap minat-minat anak, orang tua/guru menggunakan beberapa metode secara utuh, agar diperoleh data arah minat secara lebih akurat. 

2. Mengembangkan Minat Sekolah/Belajar:
Upaya guru untuk meningkatkan minat anak dalam belajar dapat ditempuh dengan beberapa cara, antara lain: 1) Menjelaskan tujuan (sasaran) dan arah dari pengajaran, 2) Menguraikan kegunaan bahan-bahan pengajaran bagi anak saat itu dan pada masa yang akan datang, 3) Menyadarkan anak mengenai hubungan antara bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, sehingga anak melihat keterkaitan dan rangkaian keseluruhan dari isi pengajaran, 4) Menghubungkan bahan pengajaran dengan peristiwa-peristiwa yang aktual, sensasional, yang sesuai dengan kehidupan anak (peserta didik). Misalnya, anak akan menaruh perhatian yang lebih besar pada bahan pelajaran tentang kecepatan cahaya, bila mengaitkannya dengan peristiwa nabi Muhammad saat melakukan perjalanan ke langit ke tujuh dalam waktu yang sangat cepat sebagaimana atau melebihi kecepatan cahaya. Pelajaran mengenai daya tarik bumi akan lebih menarik bila dikaitkan dengan perilaku manusia di Bulan. 5) Menggunakan strategi dan metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak SD dalam mengembangkan minat mereka, misalnya menerapkan metode CBSA.
            Upaya orang tua untuk meningkatkan minat belajar anak dapat dilakukan dengan memberi dukungan fisik dan psikologis di rumah. Dukungan fisik diberikan dengan menyediakan tempat belajar anak yang nyaman, menyediakan fasilitas belajar yang cukup seperti buku dan peralatan belajar lain. Dukungan psikologis diberikan dalam bentuk mendampingi anak bila mengalami kesulitan dalam menghadapi masalahnya, mengingatkan dan mendorong anak untuk gemar belajar, membimbing  anak mengetahui tempat-tempat dimana anak dapat mengembangkan diri di masyarakat.









                                                                             








 
                                                          
                                                                             
                                                                                         





 





JOHARI WINDOW


Komunikasi Efektif Guru terhadap Peserta Didik, Sejawat, Orang
Tua/Wali, dan Masyarakat Melalui Johari Window

            Dalam konteks ilmu Komunikasi, maka komunikator (source, encoder), yaitu  pihak yang mengirim pesan, memegang peranan penting  dalam mengendalikan komunikasi, oleh karenanya untuk suatu komunikasi yang efektif, diperlukan komunikator (seperti guru) yang senantiasa menambah khasanah mengenal diri sendiri sebelum menjadi komunikator. Guru juga harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power). Berikut ini akan dikemukakan keempat persyaratan yang diperlukan untuk menjadi komunikator yang afektif, secara berurut.
1)  Mengenal Diri Sendiri
            Sebelum komunikator (guru) mengambil inisiatif  melakukan komunikasi, ia mengenal dirinya sendiri terlebih dahulu, sehingga ia mengetahui hambatan yang mungkin terjadi yang berasal dari dalam dirinya. Misalnya berdasarkan kekuatan dirinya, komunikator memilih komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan, atau mengkombinasikannya. Joseph Luft dan Harrington Ingham (Cangara, 2009) mengenalkan konsep “Johari Window”. Menurut konsep Johari Window tersebut, setiap manusia mempunyai empat kaca jendela, yaitu wilayah terbuka (open area), wilayah tersembunyi (hidden area), wilayah tidak dikenal (unknown area), dan wilayah buta (blind area). Keempat wilayah tersebut digambarkan sebagai berikut:

                          Information known                Information unkown
                                    to self                                     to self
                                


Open Area


Blind Area




Hidden Area


Unknown Area




Information
    Kown
  to others




Information
 Unknown
  to others



Open Area : Wilayah terbuka merupakan wilayah yang diketahui oleh subjek (misalnya guru) tentang dirinya, misalnya kekuatan dan kelemahan dirinya, bakatnya, minatnya, kesukaannya, kebaikannya.  Demikian pula orang lain mengenal diri subjek (misalnya siswa, sejawat, orang tua/wali siswa).
Blind Area : Wilayah buta merupakan wilayah yang tidak diketahui  oleh subjek, akan tetapi diketahui oleh orang lain.
Hidden Area: Wilayah tersembunyi merupakan wilayah yang diketahui oleh    subjek, namun tidak diketahui oleh orang lain.
Unknown Area: Wilayah yang tidak diketahui oleh subjek maupun orang lain.

            Keempat wilayah jendela tersebut dalam kaitannya dengan komunikasi yang efektif (komunikasi yang mengena), dikemukakan sebagai berikut:
a)      Komunikasi yang mengena memerlukan kemampuan mempertemukan karakteristik (seperti keinginan, sifat, motivasi, kelemahan, kelebihan) yang dimiliki oleh orang lain dengan karakteristik yang dimiliki oleh diri sendiri. Jika di dalam komunikasi tidak terdapat kesesuaian, misalnya subjek mendesakkan keinginan dirinya pada orang lain, maka komunikasi akan terganggu, bahkan terhambat. Untuk dapat mempertemukan subjek (guru) (yang mempunyai karakteristik dirinya) dengan orang lain (siswa, sejawat, orang tua/wali siswa) yang juga memiliki karakteristik dirinya, maka wilayah open area harus diperluas. Digambarkan sebagai berikut:


                                                Information                                          Information
                                                kown to self                                         unknown
                                                                                                             to self




Open Area







Blind Area



Hidden Area

Unknown Area



             Information
             Kown
             to others





            Information
            Unknown
            to others



      b) Sesuai dengan perluasan wilayah open area, maka komunikasi akan mengena jika unknown area diperkecil. Unkown area yang kecil, akan memudahkan subjek untuk melakukan komunikasi yang tepat.
c) Meletakkan hidden area yang over disclose (terlalu mengungkap yang seharusnya tersembunyi) dan hidden area yang under disclose (terlalu menyembunyikan yang seharusnya terbuka) secara tepat.  Perilaku over disclose misalnya, subjek membuka problem rumah tangganya pada sembarang orang, dan under disclouse misalnya, subjek menutup rapat kelemahan dirinya yang seharusnya dikemukakan pada orang tertentu agar komunikasi dapat berlangsung harmonis. Misalnya sifat guru yang selalu menuntut siswa mampu berpikir cepat.
d)     Memahami bahwa unknown area adalah wilayah yang paling kritis dalam komunikasi, yang kerap menimbulkan persepsi yang salah, konflik, dan putus komunikasi. Wilayah ini harus dicermati sebagai wilayah yang seringkali menjadi sumber permasalahan komunikasi. Jika muncul permasalahan, maka subjek mempelajari dari sisi unknown area sehingga menjadi open area. Pembukaan diri dilakukan secara terus menerus.
            Cara memperluas open area dapat dilakukan dengan cara:
a)Menerima masukan-masukan atau kritik-kritik dari orang lain mengenai diri sendiri dan meminta masukan-masukan maupun kritikan positif dari orang lain.
b)      Subjek menyesuaikan/menyocokkan diri dengan nilai-nilai, norma-norma, hukum-hukum yang  berlaku
   Tiga  Contoh games yang dapat dilakukan.

Contoh games 1:
Judul                       : Tanda Tangan
Tujuan                     : Siswa mengenal dirinya sebagaimana dikenal oleh orang
                                  lain.
Waktu                     : Sekitar 30 menit
Tempat                    : Ruangan yang cukup luas untuk bergerak dan berjalan
Bahan                      : Lembar tanda tangan dan pensil/pena untuk setiap siswa
                                  peserta.
Prosedur                  :
(1) Guru menjelaskan kepada siswa tentang akan dilakukan suatu permainan yang
akan memberi pemahaman terhadap sesuatu, kepada siswa
(2) Guru membagikan lembar tanda tangan dan alat tulis kepada siswa
(3) Guru meminta siswa melaksanakan instruksi pada lembaran yang telah   
      dibagikan, dan guru memberitahukan bahwa siswa diberi waktu selama 3  menit  untuk memperoleh 10 ciri atau sifat yang menggambarkan dirinya, yang dipandang sesuai dengan pandangan atau penilaian siswa lain. Siswa hanya boleh meminta satu sifat (satu tanda tangan) dari sifat yang dipandang sesuai oleh siswa lain.
(4) Ketika hampir seluruh siswa telah menyelesaikan tugasnya, guru menghentikan kegiatan mencari tanda tangan tersebut.
(5) Siswa yang belum memperolah 10 tanda tangan, diminta untuk menanyakan persetujuan atau ketidaksetujuan siswa-siswa lain. Siswa meminta  persetujuan atau ketidaksetujuan dihadapan seluruh siswa.
(6) Guru menjelaskan makna dari permainan


Lembar Tanda Tangan:

Lembar Tanda Tangan

Petunjuk:
1. Pilih 10 ciri atau sifat berikut ini yang menurut anda menggambarkan diri anda,
    kemudian tandatangani masing-masing sifat tersebut pada kolom sebelah kiri
    yang tersedia.
2. Tanyakan pada teman anda apakah ia setuju atas ciri/sifat yang menurut anda
    menggambarkan diri anda. Jika teman anda setuju, maka ia memberi
    tandatangannya pada kolom sebelah kanan, pada ciri/sifat yang ia setujui.  Satu
     orang teman hanya boleh memberi persetujuan pada satu buah ciri/sifat anda.
3. Anda diberi waktu sangat terbatas, oleh karenanya selesaikan tugas anda
    secepat mungkin.
Tanda Tangan Anda
No.
Ciri/Sifat
Tanda Tangan Teman Anda

1
Terbuka


2
Datang tepat waktu


3
Terlambat bangun pagi


4
Pemalu


5
Senang minta bantuan


6
Percaya tahyul


7
Mudah tersinggung


8
Tertutup


9
Menyelesaikan PR pada penghujung waktu


10
Sering marah


11
Malas menyikat gigi


12
Pemarah


13
Suka memakan makan kecil (ngemil)


14
Menikmati musik


15
Ikut berpergian bersama orang tua


16
Menarik dipandang


17
Cengeng


18
Berhati-hati


19
Senang memelihara kembang/bunga


20
Senang bekerja dalam kelompok



Contoh games 2:
Judul                       : Saya – Anda
Tujuan                     : Siswa mengenal temannya
Waktu                     : Sekitar 30 menit
Tempat                    : Ruangan kelas
Bahan                      : Kursi duduk
Prosedur                  :
1. Masing-masing sepasang siswa duduk berhadapan
2. Seorang siswa dari pasangan menyebut satu sifat/ciri dirinya, dengan dimulai
    kata: Saya ...
3. Seorang siswa yang lain dari pasangan tersebut menyebut satu sifat/ciri diri
    teman dihadapannya, dengan dimulai oleh kata: Anda ...                                     
   Demikian dilakukan oleh pasangan Jumlah menyebutkan bebas, misalnya  
    sampai 3 , 5 ciri/sifat.
4. Kegiatan yang sama dilakukan oleh pasangan-pasangan siswa lainnya.
5. Guru menjelaskan makna dari permainan
               
Contoh games 3:
Judul                       : Bahasa Nonverbal (Bahasa Tubuh)
Tujuan                     : Siswa mampu memahami perasaan orang lain
Waktu                     : Sekitar 30 menit
Tempat                    : Ruangan kelas
Bahan                      : Kursi duduk
Prosedur                 :
1. Siswa mencari pasangannya
2. Pasangan siswa duduk berhadapan atau berdiri berhadapan
3. Satu anggota pasangan menyampaikan perasaannya secara nonverbal (bahasa
    isyarat) kepada pasangannya.
4. Pasangan menyimpulkan perasaan yang diperlihatkan oleh pasangannya,
    misalnya perasaan marah kepada teman, perasaan sedih karena sahabat pergi,
    perasaan lucu.
5. Pasangan pemberi isyarat mengemukakan perasaannya
6. Pasangan mengomentari jika terjadi perbedaan penafsiran perasaan.
    Demikian dilakukan oleh masing-masing pasangan siswa.
7. Guru menjelaskan makna permainan.                                                                     
            Selain konsep Johari Window, Weaver (1978) mengenalkan empat konsep diri, yaitu self awareness, self acceptance, self actualization, dan self disclose. Self awareness adalah kesadaran diri tentang siapakah aku, dimana aku berada, bagaimana orang lain memandang diriku. Self acceptance adalah penerimaan atas kenyataan diri, dan self actualization adalah perwujudan potensi diri. Disclose adalah mengungkap diri sehingga orang lain mengetahui yang diinginkan. Melakukan disclose memerlukan keterampilan, sehingga komunikasi yang dilakukan memperoleh sasarannya.     
2)  Kepercayaan (Credibility)
            Kepercayaan yang dimiliki komunikator (seperti orator, guru, kepala sekolah, penyuluh) membuat khalayak mengikuti pemikiran dan perbuatannya. Kekuatan tersebut diperoleh melalui ethos (kekuatan karakter pribadi), melalui pathos (kekuatan mengendalikan emosi), dan kekuatan melalui logos (kekuatan pengetahuan). Menurut bentuknya, kredibilitas dibedakan atas initial credibility, derived credibility, dan terminal credibility. Initial credibility adalah kepercayaan yang dimiliki komunikator sebelum proses komunikasi berlangsung, misalnya pembicara yang mempunyai nama besar, mendatangkan banyak pendengar. Contohnya, kepala sekolah yang mengontrol datang ke kelas, membuat siswa lebih tertib. Derived credibility adalah kepercayaan yang dimiliki oleh komunikator pada saat komunikasi berlangsung. Ekspresi pendengar seperti tepukan tangan. Terminal credibility adalah kepercayaan yang diperoleh setelah komunikator menyampaikan  pembicaraan/pidatonya. Kepercayaan terhadap komunikator didukung oleh pengetahuan yang luas tentang substansi, sikap bersahabat, dan kemampuan melibatkan unsur sistem sosial, dan budaya.
3)  Daya tarik (Attractiveness)         
            Daya tarik yang dimiliki komunikator (guru, dan lainnya) akan membuat khalayak (siswa) menaruh perhatian, simpati, dan mengikuti. Daya tarik dapat bersumber dari adanya kesamaan (similarity), familiarity (perasaan dekat), liking (perasaan menyukai), dan fisik (cantik, menarik, ganteng, gagah). Perasaan kesamaan, perasaan dekat, perasaan suka pendengar pada komunikator didapat dari bahasa yang sama, suku yang sama, seagama, satu daerah asal, satu partai, kesamaan ideologi, dan keramahan pribadi. Siswa sering menyukai guru bahasa Inggeris yang ramah-menarik, yang selalu tersenyum pada saat mengajar. Siswa suka berkomunikasi pada guru BK oleh karena guru BK penuh penerimaan, penuh pengertian, dan selalu tampil simpati.
4)  Kekuatan/Kekuasaan (Power)
      Komunikator yang mempunyai kekuasaan akan lebih mudah mempengaruhi orang tujuannya. Misalnya guru Matematika lebih mudah mempengaruhi  siswa dalam pelajaran Matematika daripada guru bahasa.
            Di samping komunikasi efektif yang dapat dilakukan oleh guru terhadap siswa, sejawat, orang tua/wali siswa, maupun individu lain di masyarakat, yang telah dikemukakan di atas  (yaitu mempunyai pengenalan diri, kepercayaan diri, daya tarik, kekuasaan), hal lain yang dapat dilakukan oleh guru agar komunikasi guru terhadap siswa, sejawat, orang tua/wali siswa, maupun terhadap masyarakat luas adalah dengan melakukan hal berikut:
1) Berinteraksi dengan menggunakan bahasa (verbal) yang jelas, tepat, dan mengikuti kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia yang benar
2)  Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulisan yang benar
3)  Mengkombinasikan bahasa lisan dan bahasa tulisan, agar informasi (pesan) yang hendak disampaikan mencapai sasarannya.
4)   Melengkapi keterampilan berbahasa lisan dan tulisan dengan keterampilan       
       bahasa  nonverbal
5)   Senantiasa melatih diri meningkatkan keterampilan berbahasa lisan, tulisan,
       dan bahasa nonverbal.