MINAT PADA SEKOLAH
1. Minat Anak pada Sekolah
Minat pada anak kecil ditandai oleh
keinginan untuk sekolah. Dalam pandangan anak, pergi ke sekolah berarti “menjadi besar.” Jadi,
sekolah merupakan lambang status bagi anak. Naik turunnya minat pada anak,
bersifat individual (berbeda antara satu anak dengan anak lainnya). Ada anak
yang menunjukkan kebertahanan minat tinggi sampai pada tingkat pendidikan yang
lebih tinggi, namun ada anak yang menunjukkan kebosanan, sehingga enggan pergi
sekolah.
Terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi minat anak pada sekolah. Dapat diketahui
berikut ini.
1) Pengalaman dini sekolah
Anak yang
memasuki sekolah telah ”siap” dengan anak yang ”tidak siap”, akan berbeda. Anak
yang telah siap dan mempunyai pengalaman belajar-bermain yang menyenangkan di
dalam kelompok belajar Taman
Kanak-Kanaknya, akan mudah menyesuaikan diri dengan situasi sekolah, dan
bersikap positif terhadap sekolah. Sementara anak yang tidak siap akan
mengalami kesulitan menyesuaikan diri, merasakan sekolah sebagai suatu
lingkungan yang menekannya, sehingga ia bersikap negatif terhadap sekolah.
2)
Pengaruh orang tua
Orang
tua mempengaruhi sikap anak terhadap sekolah, guru, kegagalan dan kesuksesan
prestasi, optimalisasi potensi. Orang tua yang mempersiapkan anak sebelum
memasuki sekolah, akan memudahkan penyesuaian diri anak. Setelah sekolah, orang
tua mempengaruhi minat belajar anak melalui sikap terhadap keberhasilan dan
kegagalan anak di sekolah. Sikap orang tua yang memahami kekurangan anak,
kemudian memberi dorongan untuk terus berprestasi, akan menentramkan anak.
Sebaliknya, orang tua yang terlalu menuntut anak untuk berprestasi, dapat
membebani anak, sehingga anak menerima pengalaman buruk tentang sekolah.
3) Sikap teman sebaya
Teman
sebaya mempengaruhi anak antara lain melalui penerimaan dan penolakan teman
sebaya terhadap diri anak. Untuk dapat diterima oleh teman sebayanya, maka anak
harus belajar menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan minat yang dianut oleh
kelompok, misalnya minat dalam mengisi waktu istirahat di sekolah, memilih
minat kegiatan ekstra kurikuler. Anak yang tidak dapat menyesuaikan diri atau
tidak mampu terlibat ikut serta
sebagaimana teman-temannya di dalam kelompok kegiatan, maka anak
tersebut tidak tertarik dan kemungkinan mengundurkan diri dari lingkungan yang
tidak menyenangkannya tersebut.
4. Keberhasilan akademik
Prestasi
akademik yang tinggi menumbuhkan minat anak pada lingkungan sekolah, dan
sebaliknya prestasi akademik yang rendah, menimbulkan perasaan tidak senang di
lingkungan kelompok/sekolah dimana anak berprestasi rendah. Kegagalan anak
untuk naik kelas, dapat mengakibatkan anak menghindari lingkungan dan
mengurangi minat sekolahnya.
5. Hubungan guru dengan murid
Interaksi
guru terhadap murid yang menunjukkan keramahan, kehangatan, kasih sayang, akan
menumbuhkan minat sekolah yang tinggi.
6. Suasana
emosional di sekolah
Suasana
sekolah yang terdiri dari kondisi fasilitas fisik, para guru, pembimbing
sekolah, wali kelas, pegawai, kepala sekolah, yang menyenangkan, memberi rasa
nyaman, tidak otoriter maupun tidak penuh kebebasan, melainkan demokratis yang
terpimpin, merupakan lingkungan emosional yang baik untuk minat sekolah dan
minat belajar anak yang tinggi.
Hal penting lain mengenai minat anak
pada sekolah ialah bahwa minat menjadi lebih selektif dengan bertambahnya usia.
Bila pada awalnya anak ingin sekali menjadi warga sekolah, maka anak yang lebih
tua bersikap memilih aktivitas sekolah yang disukainya (selektif). Sebagai
contoh, ada anak yang terutama tertarik pada kegiatan akademik, tetapi ada anak
lainnya lebih menyukai kegiatan ekstrakurikuler. Berkenaan dengan ketertarikan
atau arah minat ini, maka oleh karena sebagian besar waktu di sekolah digunakan
untuk kegiatan akademik daripada kegiatan ekstrakurikuler, maka situasi ini
membuat anak yang tidak menyukai kegiatan akademik cenderung mengembangkan
sikap yang tidak menguntungkan terhadap sekolah.
Terdapat
pula minat yang selektif dalam bidang/mata pelajaran. Anak-anak cenderung
tertarik pada mata pelajaran yang mereka anggap sesuai dengan kebutuhan mereka,
sesuai dengan jenis kelamin, mudah mempelajari dan menghasilkan angka baik. Sebaliknya,
siswa cenderung tidak tertarik pada mata pelajaran yang mereka anggap tidak
relevan, tidak sesuai dengan jenis kelamin, sukar, membosankan, diajarkan
dengan buruk, dan yang menghasilkan
nilai buruk.
2. Pengaruh Minat terhadap Sekolah
Siswa
yang tertarik dan/atau berminat pada sekolah baik dalam kegiatan belajar, dalam
hubungan dengan guru beserta personil sekolah lainnya, dalam menerima
keterampilan guru mengajar dan mendidik, menjalani kondisi fisik sekolah, dan
mengikuti program-program kegiatan sekolah, maka siswa akan menunjukkan
perilaku positif terhadap sekolah. Siswa akan tampak bahagia dan nyaman di
sekolah, menghabiskan waktunya yang banyak di sekolah, mengikuti berbagai
kegiatan ekstrakurikuler, menghormati para guru dan personil sekolah lainnya,
mematuhi disiplin sekolah, aktif dalam mengikuti pelajaran, dan bangga akan
sekolahnya.
Pada
sisi lain, anak yang merasa bosan di sekolah, akan memunculkan perilaku
bermasalah. Dari anak seperti ini, muncul perilaku mengganggu teman,
menjengkelkan guru, tidak menyelesaikan tugas, hadir ke sekolah terlambat,
ketidak hadiran di sekolah, membolos (tidak masuk ke sekolah, walaupun dari
rumah berangkat menuju sekolah), membolos pada jam-jam mata pelajaran pada tertentu,
prestasi belajar rendah.
Bosan
di sekolah atau bosan mengikuti
pelajaran dan kegiatan sekolah adalah indikator penting dari tidak adanya minat
anak terhadap sekolah. Pada halaman berikut ini dapat dilihat gambar tentang
beberapa faktor yang menimbulkan rasa bosan sekolah dan efeknya yang luas
(Hurlock, 1978: 443).
3. Metode Menemukan Minat Anak
Untuk menemukan minat yang lebih
akurat, yakni bukan sekadar menemukan kesenangan, maka penemuan minat dilakukan
dengan menggunakan lebih dari satu metode. Beberapa cara/metode menemukan minat
anak dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Mengamati kegiatan yang dilakukan oleh
anak
Dalam mengamati
kegiatan yang dilakukan oleh anak, akan diketahui arah minat anak berdasarkan
frekuensi melakukan dan intensitasnya. Intensitas dapat diketahui melalui
lamanya waktu yang digunakan oleh anak, kesungguhan menghadapi tantangan dalam
perbuatan sesuai minatnya, dan tingkat ketidak bosanannya.
2) Pertanyaan yang diajukan oleh anak.
Bila anak
terus menerus bertanya mengenai sesuatu, hal ini mengindikasikan bahwa minat
anak pada hal tersebut lebih besar daripada minatnya pada hal yang hanya
sekali-sekali ditanyakan.
3) Pokok pembicaraan anak
Hal yang
dibicarakan anak dengan orang dewasa atau teman sebaya memberi petunjuk
mengenai minat mereka dan seberapa kuatnya minat tersebut.
4) Pilihan bahan bacaan anak
Dalam
kondisi dimana anak bebas memilih buku untuk dibaca, maka minat anak dapat
diidentifikasi melalui pilihan topik yang dipilihnya.
5) Menggambar spontan.
Apa yang
digambar atau dilukis anak secara spontan dan seberapa sering mereka
mengulangnya akan memberi petunjuk tentang minat mereka terhadap sesuatu.
6) Keinginan.
Bila
ditanyakan kepada anak mengenai apa yang ia inginkan bila mereka dapat
memperoleh apa saja yang mereka inginkan, maka kebanyakan anak dengan jujur
akan menyebut hal-hal yang paling diminati. Dengan demikian, jawaban anak
mencerminkan arah minat mereka.
7) Laporan mengenai apa saja yang diminati.
Bila
ditanya untuk menyebut atau menulis tiga benda atau kegiatan yang paling
diminati oleh anak, maka jawaban anak ini merupakan petunjuk tentang hal yang
disenanginya dan arah minatnya.
BAHAYA-BAHAYA DALAM PERKEMBANGAN MINAT
Bahaya umum berkenaan dengan
perkembangan minat anak, penting dipahami agar guru/orang tua terhindar dari
perbuatan menemukan, mengembangkan minat yang salah. Kesalahan dapat terjadi
pada: 1. Kecenderungan menginterpretasikan kesenangan sebagai minat, 2.
Pengaruh teman sebaya terhadap minat, 3. Minat anak yang berbeda dari minat
teman sebaya, dan 4. Minat anak yang tidak realistis. Penjelasan dikemukakan
berikut ini.
1. Menginterpretasikan kesenangan sebagai
minat
Kegiatan
anak melakukan sesuatu dalam waktu yang lama disebabkan oleh beberapa faktor seperti mengisi waktu luang yang
panjang, tidak ada kegiatan lain yang lebih menarik, karena alasan sedang
menjadi mode. Alasan-alasan ini tidak berarti bahwa kegiatan yang dilakukan oleh
anak adalah kegiatan yang diminatinya, melainkan suatu kegiatan yang
disenanginya, yang tidak akan bertahan lama sebagaimana suatu minat.
Kesalahan
orang tua menginterpretasikan kesenangan sebagai minat mengakibatkan orang tua
cenderung melengkapi kebutuhan anak untuk perkembangan kesenangan, sehingga
anak menjadi terfokus pada bidang yang sesungguhnya tidak menjadi minatnya. Hal
ini juga berarti bahwa penemuan minat anak yang sebenarnya, menjadi kekurangan
kesempatan.
Pada sisi
anak, anak menjadi sulit untuk ke luar dari pemfokusan kegiatan kesenangan yang
telah dilakukan, karena ia tidak ingin mengecewakan orang tua yang telah
memfasilitasi dengan berbagai fasilitas atau ia tidak ingin dipandang sebagai
anak yang tidak stabil pada pilihan minatnya. Pada akhirnya anak berusaha
mempertahankan perasaan bosan pada kesenangan sementara yang telah
diinterpretasikan sebagai minat tersebut. Perasaan bosan menjadi tekanan bagi
anak, sehingga menimbulkan frustasi.
Orang tua
yang terlalu cepat menafsirkan kesenangan anak sebagai minat dapat dilihat pada
contoh tingkah laku orang tua berikut: Orang tua menginterpretasikan anaknya
berminat pada bidang teknik melalui gejala tingkah laku anak yang suka bermain
permainan elektronik dan suka membongkar pasang. Contoh lain, orang tua
menginterpretasikan anaknya mempunyai minat dalam bidang komputer oleh karena
anak sering menggunakan komputer untuk mengetik dan membuka internet.
2. Pengaruh teman sebaya pada minat
Ada
kecenderungan bahwa anak menyesuaikan diri dengan teman sebaya mereka, terutama
pada anak usia remaja. Pada anak usia SD, adakalanya hal ini terjadi. Hal yang
tidak diinginkan, apabila anak mengikuti kesenangan atau kebiasaan teman sebaya
yang buruk, misalnya minat belajar yang
rendah. Dapat pula anak mengikuti kegiatan teman yang tidak disukainya, namun
agar ia merasa bagian dari kelompoknya, ia terpaksa mengikuti minat kelompok.
3. Minat yang berbeda dari minat teman sebaya
Dapat
terjadi bahwa penerimaan terhadap anak di kalangan teman sebayanya dipengaruhi
oleh arah kesenangan atau arah minat yang sejalan atau sama. Jika minat seorang
anak sangat berbeda dari teman-teman sebayanya, khususnya dalam gangnya, maka
hal ini dapat menimbulkan penolakan. Misalnya, sekelompok anak dalam satu gang
menyenangi olahraga bola kaki, tetapi seorang anak kurang menyukai dan kurang
terampil pada kegiatan olahraga bermain bola kaki. Sebaliknya, ia senang
membaca buku-buku pelajaran, termasuk membaca komik cerita silat. Kesenangan
yang berbeda tersebut, membuat anak jarang diajak bermain bersama teman
gangnya, kalaupun ia ikut, hanya berperan sebagai penonton. Keadaan ini membuat
anak mengalami kesulitan penyesuaian pribadi dan sosial di lingkungan gangnya
(anak merasa inferior), dan akhirnya ia akan mengundurkan diri dari kelompoknya
yang tidak sejalan dalam kesenangan tersebut.
4. Minat
yang tidak realistis
Tidak jarang dijumpai keadaan dimana bayangan anak berbeda jauh dengan
kenyataan yang dihadapinya. Misalnya, anak mengharapkan sekolah maupun orangtua
merupakan tempat ia bertanya apabila menemui kesulitan dalam memahami
pelajaran-pelajaran sekolah. Kenyataan yang dihadapi, guru kurang memberi
penjelasan karena keterbatasan waktu guru di sekolah dan orangtua selalu sibuk
dengan kegiatannya, sehingga mereka tidak bisa membantu menyelesaikan kesulitan
yang dihadapi oleh anak. Keadaan ini mengakibatkan minat anak untuk belajar
menurun, anak menyadari bahwa harapannya untuk memiliki nilai baik di sekolah
tidak akan tercapai karena kurangnya dukungan lingkungan, termasuk ketiadaan
fasilitas belajar seperti buku-buku pengayaan yang mempermudah pemahaman
pelajaran.
5. Bobot emosional yang kurang
Minat anak
akan lebih terhambat apabila tidak mendapat dukungan yang cukup pada aspek
emosional daripada aspek kognitif. Dapat diilustrasikan sebagai berikut: Anak
meminta dibelikan sebuah kalkulator kepada orangtua untuk digunakan dalam
menyelesaikan hitungan rumus-rumus matematika. Anak hendak menggunakan
kalkulator tersebut untuk mengeksplorasi fungsi-fungsi kalkulator yang lebih
kompleks, yang ingin diketahuinya. Menanggapi permintaan anak tersebut, bila
orangtua menjawab bahwa orangtua perlu waktu untuk memenuhinya dan akan
memenuhi segera setelah mempunyai uang, maka atas jawaban orangtua tersebut,
anak tidak mengalami perasaan negatif, dibandingkan jika orangtua menanggapi
permintaan anak dengan mengatakan: ”Jangan terlalu banyak permintaan, jangan menyulitkan
orangtua lagi.” Jawaban orangtua yang terakhir mengganggu kenyamanan emosi
anak, sehingga kondisi emosi anak yang terganggu tersebut membuatnya kecil hati
atau marah. Konsekuensinya anak mengabaikan minat mengeksplorasi fungsi- fungsi
kalkulator.
MENGEMBANGKAN MINAT ANAK
1. Mengembangkan Minat secara Umum:
Mengembangkan minat terhadap
sesuatu pada dasarnya adalah membantu anak melihat bagaimana hubungan antara
yang diharapkan diminati dengan kepentingan diri anak. Proses ini berarti
menunjukkan pada anak bagaimana suatu minat dapat memenuhi tujuan-tujuannya,
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila anak menyadari peran penting dari suatu
hal yang diharapkan menjadi minatnya, maka ia akan tertarik untuk mendekat pada
minat yang diharapkan tersebut. Untuk contoh, berikut ini adalah upaya guru BK
(konselor sekolah) bersama guru bahasa Inggeris dalam menumbuhkan minat belajar
seorang siswa: Siswa X menunjukkan minat yang rendah pada pelajaran bahasa
Inggeris, meskipun dari observasi guru di kelas, siswa X mempunyai potensi
tinggi dalam bahasa Inggeris. Nilai yang dicapai oleh X selama ini berada di bawah rata-rata potensi
dirinya. Setelah ditelusuri oleh guru BK melalui wawancara pada siswa X,
ternyata siswa X tidak berminat terhadap pelajaran bahasa Inggeris, oleh karena
ia kurang merasakan manfaat yang luas dari keterampilan berbahasa Inggeris. Ia
hanya melihat bahasa Inggeris sebagai bahasa ketiga setelah bahasa yang ia
gunakan sehari-hari, yaitu bahasa ibu di rumah dan bahasa Indonesia di luar
rumah. Setelah diberitahu bahwa dengan kemampuan berbahasa Inggeris siswa X
akan memperoleh banyak manfaat, yaitu memudahkan X mendapatkan pekerjaan kelak,
memungkinkan X mendapat pekerjaan yang menjanjikan kesejahteraan lebih tinggi,
memungkinkannya untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang dari berbagai
negara, memungkinkan X untuk melanjutkan studi ke luar negeri, dan seterusnya,
maka setelah disadarkan akan manfaat menguasai bahasa Inggeris tersebut, siswa
X mulai menunjukkan minat belajarnya.
Menghadapi minat anak yang
belum cukup kuat, guru (pendidik) dan orang tua harus terus berusaha memperkuat
minat anak, sehingga minat yang pada mulanya lemah, atau mungkin merupakan
minat ekstrinsik (minat yang dikuatkan oleh faktor-faktor di luar diri anak),
menjadi minat intrinsik (minat yang berasal dari diri sendiri). Minat intrinsik ditumbuhkan dengan cara
menyadarkan anak tentang pentingnya suatu minat.
Minat dapat pula dirangsang
melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan aktual sesuai dengan karakteristik
perkembangan anak. Misalnya pada periode perkembangan awal remaja maupun periode
kanak-kanak, pengembangan minat dilakukan dengan melibatkan (menyertakan)
teman-teman sebaya yang mempunyai arah minat yang sama. Dengan melibatkan orang
lain yang sebaya, anak/remaja akan lebih terdorong.
Memberi kesempatan yang luas
kepada anak untuk terlibat dalam berbagai kegiatan, melakukan sesuatu dengan
benda-benda/barang-barang yang menarik maupun yang kurang menarik perhatiannya,
merupakan cara yang sangat baik untuk merangsang minat-minat baru dalam diri
anak, yang sebelumnya belum muncul. Untuk memberi kesempatan yang luas ini,
orang tua/guru memfasilitasi anak dengan berbagai alat/benda, kegiatan, dan
waktu.
Penting dicermati agar orang
tua/guru tidak terlalu cepat memfokuskan anak atau menyimpulkan anak pada suatu
minat tertentu. Tindakan
memfokuskan anak yang terlalu dini pada suatu minat tertentu, akan mengurangi
kesempatan anak menemukan minat-minat lain. Orang tua/guru juga menghindari
sikap mengindoktrinasi anak, melainkan
bersikap menstimulasi (merangsang) kemunculan suatu minat. Sikap seperti ini
memperluas anak untuk menentukan sendiri minatnya.
Stimulasi minat yang diberikan
kepada anak disesuaikan dengan kemampuan menerima anak. Stimulasi yang
berlebihan dapat menimbulkan kekhawatiran anak, oleh karena ia merasa terlalu
dituntut. Anak merasa dibebani, dan juga menjadi jenuh. Dalam menstimulasi
minat anak, juga harus menitikberatkan pada kebutuhan dan ketertarikan anak,
bukan mengutamakan keinginan orang tua/guru. Penting ditekankan bahwa minat
yang hendak dibangun adalah minat anak, bukan minat orang tua/guru, oleh
karenanya upaya-upaya pengembangan harus berangkat dari diri anak.
Dalam proses mengembangkan
minat anak, guru/orang tua harus menanggapi anak dengan tepat, yakni merespon
yang sifatnya membangun gairah, ketertarikan anak untuk mengeksplorasi
kemampuan-kemampuan diri dan lingkungannya. Memberi ganjaran (reward) kepada anak atas hasil dari
perbuatan minatnya, merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan gairah anak
melalui pengaruh eksternal. Jenis ganjaran disesuaikan dengan karakteristik dan
kebutuhan anak, misalnya apakah dalam bentuk pujian, makanan, benda-benda yang
disukai anak, kesempatan menikmati rekreasi, penegasan prestasi di depan
khalayak. Pemberian ganjaran tersebut merupakan upaya untuk melibatkan aspek afektif
anak, aspek afektif ini lebih mempertahankan minat yang ada ketimbang aspek
kognitif. Di samping itu, sangat penting diterapkan bahwa dalam mengungkap
minat-minat anak, orang tua/guru menggunakan beberapa metode secara utuh, agar
diperoleh data arah minat secara lebih akurat.
2. Mengembangkan Minat Sekolah/Belajar:
Upaya guru untuk meningkatkan
minat anak dalam belajar dapat ditempuh dengan beberapa cara, antara lain: 1)
Menjelaskan tujuan (sasaran) dan arah dari pengajaran, 2) Menguraikan kegunaan
bahan-bahan pengajaran bagi anak saat itu dan pada masa yang akan datang, 3)
Menyadarkan anak mengenai hubungan antara bahan pengajaran yang akan diberikan
dengan bahan pengajaran yang lalu, sehingga anak melihat keterkaitan dan
rangkaian keseluruhan dari isi pengajaran, 4) Menghubungkan bahan pengajaran
dengan peristiwa-peristiwa yang aktual, sensasional, yang sesuai dengan
kehidupan anak (peserta didik). Misalnya, anak akan menaruh perhatian yang
lebih besar pada bahan pelajaran tentang kecepatan cahaya, bila mengaitkannya
dengan peristiwa nabi Muhammad saat melakukan perjalanan ke langit ke tujuh
dalam waktu yang sangat cepat sebagaimana atau melebihi kecepatan cahaya.
Pelajaran mengenai daya tarik bumi akan lebih menarik bila dikaitkan dengan
perilaku manusia di Bulan. 5) Menggunakan strategi dan metode pengajaran yang
sesuai dengan karakteristik perkembangan anak SD dalam mengembangkan minat
mereka, misalnya menerapkan metode CBSA.
Upaya orang tua untuk meningkatkan minat
belajar anak dapat dilakukan dengan memberi dukungan fisik dan psikologis di
rumah. Dukungan fisik diberikan dengan menyediakan tempat belajar anak yang
nyaman, menyediakan fasilitas belajar yang cukup seperti buku dan peralatan
belajar lain. Dukungan psikologis diberikan dalam bentuk mendampingi anak bila
mengalami kesulitan dalam menghadapi masalahnya, mengingatkan dan mendorong
anak untuk gemar belajar, membimbing
anak mengetahui tempat-tempat dimana anak dapat mengembangkan diri di
masyarakat.