MINAT DAN KREATIVITAS
1. Ketersinggungan Minat dengan Kreativitas
Minat adalah kecenderungan yang berlangsung lama
terhadap suatu objek atau dalam melakukan suatu kegiatan (perbuatan), yang
didasari oleh perasaan tertarik, senang, yang muncul dari dalam diri, bukan
dari tekanan eksternal. Pengertian
minat tersebut menunjukkan bahwa karakteristik pokok dari minat adalah adanya
perasaan tertarik yang berasal dari dalam diri, yang dengan demikian selalu
menimbulkan perasaan senang.
Adanya
perasaan tertarik dan perasaan senang, dalam perkataan lain, ada minat, maka
minat ini merupakan kondisi psikologis yang dapat mendorong (memotivasi)
munculnya kreativitas. Kreativitas akan muncul apabila seseorang telah memulai
dengan berpikir dan/atau berbuat sesuatu terlebih dahulu. Memulai tersebut
membutuhkan ketertarikan, perasaan senang, dan dorongan berbuat.
2. Konsep Kreativitas dan Karakteristiknya
Banyak pengertian yang diberikan oleh para
ahli mengenai kreativitas. Menurut Hurlock (1978), ada delapan yang populer,
yaitu: Pertama, pengertian yang
menekankan kreativitas sebagai pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda.
Sementara itu, tidak sejalan dengan pemahaman ini, memandang bahwa kreativitas
tidak selalu dalam bentuk suatu hasil yang dapat diamati, sebab dari perbuatan
melamun juga dapat menghasilkan kreativitas. Oleh karena itu, kreativitas
dipandang sebagai suatu proses – suatu proses adanya sesuatu yang baru, dapat
dalam bentuk benda, gagasan. Kedua,
kreativitas dipandang sebagai kreasi sesuatu yang baru dan orisinal, misalnya
seorang anak yang bermain mencampur-campurkan cat berwarna, secara kebetulan
menemukan warna baru yang belum pernah ia temukan sebelumnya dalam
permainannya. Ketiga, mempunyai
anggapan bahwa apa saja yang diciptakan selalu baru dan berbeda dari yang telah
ada dan oleh karenanya unik. Pandangan ini mengandung kelemahan oleh karena
sesuatu yang baru itu tidak selalu baru, melainkan yang lama merupakan dasar
bagi yang baru. Semua kreativitas mencakup gabungan dari gagasan atau produk
lama ke dalam bentuk baru, tetapi yang lama merupakan dasar bagi yang baru.
Misalnya seorang pelukis yang menghasilkan warna merah yang baru, menggunakan warna lama.
Keunikan merupakan prestasi yang sifatnya pribadi, jadi belum tentu merupakan
prestasi yang universal. Contohnya, orang dapat menjadi kreatif bila dapat
menghasilkan sesuatu yang belum pernah mereka hasilkan sebelumnya, walaupun
hasil tersebut sama (serupa) dengan hasil yang diperoleh oleh orang lain.
Gagasan keempat memandang kreativitas sebagai proses mental yang unik, yang
dilakukan semata-mata untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan
orisinal (asli). Menurut Guilford (Hurlock, 1998), kreativitas mencakup jenis
pemikiran berbeda (divergent thinking),
yaitu pemikiran yang menyimpang dari jalan yang telah dirintis dan mencari
variasi. Ia melampaui beberapa jawaban yang mungkin ada untuk suatu masalah,
bukan hanya satu penyelesaian yang benar. Orang yang kreatif suka mengutak-atik
segala sesuatu secara mental dan mencoba berbagai kemungkinan. Orang yang
kreatif lebih luwes dan lancar daripada pemikir selaras (comformers) dan tidak terikat pada informasi yang ada. Ini membuat
orang yang kreatif mempunyai gagasan yang lebih kaya dan membuka jalan ke arah
penyelesaian yang baru. Karakteristik pemikiran berbeda lain yang digunakan
dalam kreativitas adalah meloncat-loncat. Ia tidak bergerak dalam tahapan yang
mudah diamati dan didefinisikan sebagaimana pada pemikiran selaras yang
berlangsung secara berurutan. Kelima, kreativitas sering dianggap sama dengan
kecerdasan yang tinggi. Hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa kecerdasan
tinggi selalu seiring dengan kreativitas tinggi. Kreativitas hanya merupakan salah satu aspek dari
kecerdasan, di samping aspek-aspek lain seperti ingatan, kemampuan menalar.
Keenam, ada anggapan bahwa kreativitas adalah suatu yang diperoleh atau
diwariskan. Terdapat bukti bahwa jika orang ingin kreatif, mereka memerlukan
pengetahuan yang diterima sebelum mereka dapat menggunakannya dengan cara yang
baru dan orisinal. Ketujuh, kreativitas selalu dianggap sinonim dengan
imajinasi dan fantasi. Goldner (Hurlock, 1998) telah mengatakan bahwa
kreativitas merupakan kegiatan otak yang teratur, komprehensif, dan imajinatif
menuju suatu hasil yang orisinal. Kedelapan, menganggap bahwa kreatif adalah
pencipta, bukan penurut. Penurut melakukan apa yang diharapkan dari mereka
tanpa menyulitkan orang lain, sedangkan pencipta menyertakan gagasan orisinal,
titik pandang yang berbeda, atau cara baru menangani masalah dan menghadapinya.
Hurlock
(1998) mengemukakan definisi kreativitas yang ia pandang lebih baik, yang
berasal dari Drevdahl, yaitu kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru,
dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Ia dapat berupa kegiatan imajinatif
atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman. Ia mungkin
mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari
pengalaman sebelumnya dan pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan
mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Ia harus mempunyai maksud tujuan
yang ditentukan, bukan fantasi semata, walaupun merupakan hasil yang sempurna
dan lengkap. Ia mungkin dapat berbentuk produk seni, kesusasteraan, produk
ilmiah, atau mungkin bersifat prosedural atau metodologis.
Baron
(dalam Munandar, 2004) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Munandar (1984) mengatakan bahwa
kreativitas sampai saat ini terutama tertuju pada produk hasil pemikiran dan
perilaku manusia, namun sebetulnya menurut beliau adalah lebih esensial melihat
kreativitas sebagai suatu proses.
Munandar (2004) berpandangan
bahwa kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran (fluency), keluwesan (fleksibilitas), orisinalitas dalam
berpikir, dan kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Senada dengan
Munandar, Guilford membedakan karakteristik kreativitas ke dalam ciri kognitif
dan nonkognitif. Ciri-ciri kreativitas berpikir (kognitif) meliputi lima,
yaitu:
1)
Keterampilan berpikir lancar (fluency):
Mencetuskankan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah dan pertanyaan,
memberikan banyak cara atau saran untuk
melakukan berbagai hal serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
2)
Keterampilan berpikir luwes (flexbility):
Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat
suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif
atau arah yang berbeda-beda, serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara
pemikiran.
3)
Keterampilan berpikir orisinal (originality):
Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim
untuk mengungkapkan diri serta mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak
lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
4)
Keterampilan merinci atau menguraikan (elaboration):
Mampu mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan
5)
Memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk dan menambahkan atau
merinci detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menarik.
6) Keterampilan perumusan kembali (redefinition): Menentukan apakah suatu
pernyataan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu
mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka.
Ciri-ciri afektif antara lain:
1) Rasa
ingin tahu: Dorongan untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak
pertanyaan, selalu memperhatikan orang lain, objek dan situasi, serta peka
dalam pengamatan dan ingin tahu, ingin meneliti.
2)
Imajinatif: Kemampuan untuk memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak
atau belum pernah terjadi, dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan
antara khayalan dan kenyataan.
3) Merasa
tergantung oleh kemajemukan, meliputi dorongan untuk mengatasi yang sulit,
merasa tertantang oleh situasi-situasi rumit serta lebih tertarik pada
tugas-tugas yang sulit.
4) Berani mengambil resiko: Berani memberi
jawaban yang belum tentu benar, tidak takut gagal, atau mendapat kritik serta
tidak menjadi ragu-ragu karena ketidak jelasan hal-hal yang tidak konvensional,
atau yang kurang terstruktur.
5) Sikap menghargai: Dapat menghargai bimbingan
dan makna dalam hidup, serta menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang
sedang berkembang.
Dalam
suatu penelitian yang telah dilakukan di Indonesia terhadap sejumlah ahli
psikologi untuk mengetahui ciri-ciri manakah menurut pendapat mereka paling
mencerminkan kepribadian kreatif, diperolah urutan ciri-ciri sebagai berikut
(Munandar, 1977 dalam Semiawan dan kawan-kawan, 1984):
1) Mempunyai daya imajinasi yang kuat
2) Mempunyai inisiatif
3) Mempunyai minat yang luas
4) Bebas dalam berpikir (tidak kaku atau
terhambat)
5) Bersifat ingin tahu
6) Selalu ingin mendapat pengalaman-pengalaman baru
7) Percaya pada diri sendiri
8) Penuh semangat (energetic)
9) Berani mengambil resiko (tidak takut membuat
kesalahan)
10) Berani
dalam pendapat dan keyakinan (tidak ragu-ragu dalam menyatakan pendapat
meskipun mendapat kritik dan berani mempertahankan pendapat yang menjadi
keyakinannya)
Berdasarkan
pengertian-pengertian dan karakteristik kreativitas yang telah dikemukakan di
atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu proses yang
menghasilkan sesuatu yang baru atau berbeda atau bersifat orisinal bagi orang
lain dan dapat pula bagi yang bersangkutan meskipun tidak baru bagi orang lain.
Sesuatu yang baru tersebut
dapat berupa gagasan, pemikiran, maupun produk. Jika dilihat domainnya,
kreativitas meliputi domain pikiran (kognitif),
tingkah laku (behavior), dan perasaan
(afektif).
3. Mengembangkan Kreativitas Anak dalam Belajar
Hurlock
(1998), Munandar (1984) berpendapat bahwa semua orang mempunyai kreativitas,
yang berbeda adalah tingkatannya. Dasar kreativitas sebagaimana potensi bawaan
lainnya, diturunkan. Perkembangannya dirangsang sejak bayi, yakni sejak anak
mengenal, mempermainkan alat permainannya. Bakat kreatif yang dimiliki oleh
setiap orang akan dapat terhambat untuk mewujud disebabkan oleh faktor yang
berasal dari dalam diri maupun yang berasal dari luar diri (yaitu lingkungan).
Dalam dunia pendidikan (pendidik-guru, orang tua, dan pendidik lainnya),
diperlukan kondisi-kondisi tertentu yang akan menstimulasi dan meningkatkan
kreativitas anak. Menurut Munandar (1984), kondisi-kondisi lingkungan yang
bersifat memupuk kreativitas anak adalah keamanan psikologis dan kebebasan
psikologis. Anak merasa aman secara psikologis apabila: 1) Pendidik menerima
anak sebagaimana adanya, dengan segala kekuatan dan kelemhannya, serta memberi
kepercayaan pada anak bahwa anak pada dasarnya mampu. 2) Pendidik mengusahakan
suasana sehingga anak tidak merasa dinilai oleh orang lain. Memberi penilaian
terhadap seseorang dapat dirasakan sebagai ancaman sehingga menimbulkan
kebutuhan akan pertahanan diri. Oleh karenanya di sekolah pendidik (guru)
menciptakan kondisi ujian yang tidak menimbulkan perasaan terancam dalam diri
anak. 3) Pendidikan/pendidik dapat memahami pemikiran, perasaan, dan perilaku
anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melihat dari sudut pandang
anak. Dalam situasi demikian, anak merasa aman untuk mewujudkan kreativitasnya.
Anak akan merasakan kebebasan
psikologis apabila orang tua, guru, memberi kesempatan pada anak untuk
mengungkapkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya. Hal lain, anak diberi
kesempatan menjajaki alternatif jawaban-jawaban, pemecahan masalah, dan lebih
penting lagi anak dilatih menemukan masalah, memberi pertimbangan-pertimbangan,
penilaian. Pendidik meminta siswa mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan akibat
dari suatu situasi, gejala, atau kejadian, membuat prediksi mengenai apa yang
terjadi dan bagaimana perkembangan yang dapat diperkirakan berdasarkan data
atau informasi yang tersedia.
Munandar (1984) mengemukakan
beberapa saran untuk menciptakan iklim dan suasana yang mendorong dan mendukung
pemikiran kreatif, sebagai berikut:
1) Bersikap terbuka terhadap minat dan gagasan
anak
2) Memberi waktu kepada anak untuk memikirkan dan
mengembangkan gagasan kreatif. Kreativitas tidak selalu timbul secara langsung
dan spontan
3)
Menciptakan suasana saling menghargai dan saling menerima, sehingga anak
dapat bekerja sama dengan baik dan dapat
belajar secara mandiri.
4) Mengembangkan kreativitas dalam semua bidang
5) Mendorong kegiatan berpikir divergen dan menjadi
nara sumber.
6) Menciptakan suasana hangat dan mendukung,
sehingga memberi keamanan
dan
kebebasan untuk berpikir menyelidiki (eksploratif)
7) Memberi kesempatan kepada anak untuk berperan
serta dalam mengambil
keputusan
8)
Mengusahakan agar semua anak/siswa terlibat dan mendukung pemecahan dari anak.
Mendukung bukan berarti menyetujui, melainkan menerima, menghargai, dan jika
belum tepat mengusahakan ketepatan pemecahan secara bersama.
9)
Bersikap positif terhadap kegagalan anak, membantu anak menyadari kesalahan
atau kelemahannya, dan mengusahakan peningkatan gagasan dan usaha anak agar
memenuhi syarat, dalam suasana yang mendukung.
Hurlock
(1998) mengemukakan kondisi-kondisi yang meningkatkan kreativitas adalah:
1) Dari
segi waktu, kegiatan anak seharusnya tidak diatur sedemikian rupa sehingga anak
hanya mempunyai sedikit waktu bebas untuk bermain-main dengan gagasan dan
konsep-konsep. Sedikit waktu untuk mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal.
2)
Kesempatan menyendiri: Anak membutuhkan waktu untuk menyendiri tanpa tekanan
sosial untuk mengembangkan imajinasinya yang kaya
3) Dorongan: Anak harus didorong untuk kreatif,
bebas dari kritik dan ejekan yang seringkali dilontarkan terhadap anak yang
kreatif
4) Sarana: Sarana perlu disediakan untuk
merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi.
5)
Lingkungan yang merangsang: Lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang
kreativitas anak dengan memberi bimbingan dan dorongan menggunakan sarana yang
akan memunculkan kreativitas.
6)
Hubungan orang tua – anak yang tidak posesif: Orang tua tidak terlalu
melindungi (posesif) terhadap anak, sebaliknya mendorong anak untuk mandiri dan
percaya diri.
7) Cara mendidik anak: Mendidik anak secara
demokratis dan permisif di rumah dan di sekolah meningkatkan kreativitas,
sedangkan cara mendidik otoriter memadamkan kreativitas.
8) Kesempatan memperoleh pengetahuan: Semakin
banyak pengetahuan yang dapat diperoleh oleh anak, semakin baik dasar untuk
mencapai hasil yang kreatif. Oleh karenanya anak memerlukan dukungan
pengetahuan yang cukup bahkan kaya.
Slot machine review - DrmCD
BalasHapusIt's a pretty hard and fast game to choose 보령 출장마사지 from. The game is simple 여수 출장마사지 and simple and if you're 시흥 출장마사지 looking to 경상남도 출장마사지 try some of the casino 광양 출장안마 games to find value.