KREATIVITAS DAN KEGIATAN KREATIF ANAK
Berikut ini dikemukakan beberapa contoh
kegiatan atau permainan kreatif pada
anak, baik pada anak-anak usia Taman Kanak-Kanak (TK), anak-anak Sekolah Dasar (SD), maupun
anak-anak pada usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pembedaan berdasarkan
tingkat pendidikan tersebut tidak berlaku kaku, sebab kegiatan kreatif pada
anak usia TK dapat dilakukan oleh anak pada usia Sekolah Dasar dan sebaliknya
kegiatan kreatif pada anak usia Sekolah Dasar dapat dilakukan oleh anak usia
TK. Kegiatan kreatif pada anak usia SD juga dapat dilakukan pada anak usia SMP.
Pembedaan tentang siapa yang
dapat melakukan kegiatan kreatif lebih ditentukan oleh kemampuan melakukan
kegiatan-kegaiatan kreatif dengan kerumitan tertentu. Dalam hal ini, kemampuan
berpikir anak, perkembangan motorik halusi, dan daya konsentrasi untuk bekerja
atau bermain dalam waktu tertentu, menentukan kegiatan kreatif yang sesuai.
Beberapa contoh kegiatan
kreatif pada anak dikemukakan berikut ini. Tangyong dkk.(1990) mengemukakan
tentang Cara Belajar Aktif Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak.
Pengembangan tersebut merupakan suatu panduan bagi guru-guru TK untuk menyusun
persiapan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Panduan tersebut bertujuan untuk
memudahkan guru TK dalam melaksanakan tugasnya. Bagi orang tua yang membantu
perkembangan anak, panduan sangat berguna. Pengembangan meliputi pengembangan
moral, pengembangan kemampuan berbahasa, pengembangan jasmani dan kesehatan,
pengembangan pengetahuan, pengembngan perasaan, kemasyarakatan dan kesadaran
lingkungan, dan pengembangan daya cipta. Pengembangan daya cipta atau
pengembangan kreativitas anak dapat dilihat pada tiga buah contoh kegiatan
berikut (Tangyong dan kawan-kawan, 1990).
Contoh 1:
Judul pengembangan: Coba terka
Tujuan: Mengungkap pola
pikiran secara lisan tentang benda-benda di sekeliling anak.
Sarana: Gambar atau benda-benda dalam ukuran sebenarnya atau dalam ukuran
kecil yang ada di sekitar anak, misalnya:
penghapus tempayan cangkul
pencil panci
pisau
kapur piring
parang
buku kecil sendok tali rafia
penggaris dandang keranjang
gunting centong tas
gelas
Kegiatan:
Dalam kelompok kecil guru memberikan contoh.
Guru mengumpamakan dirinya sebagai suatu benda.
Contoh:
1. Badanku panjang.
Aku suka dipakai untuk menulis.
Kawanku kertas, coba terka siapa
saya!
Jawaban:
Pensil.
2. Warnaku putih.
Aku mudah patah.
Guru
memakai aku di atas papan hitam. Siapakah saya?
Jawaban :
Kapur.
3. Aku bermata dua.
Aku
dapat memotong kain.
Orang memasukkan tangan ke mata saya. Siapakah saya?
Jawaban: Gunting
4. Rupa saya tipis dan panjang sekali.
Warna saya kadang-kadang merah, biru, kuning, atau putih.
Saya bisa mengikat barang-barang yang berserakan. Siapakah saya?
Jawaban: Tali rafia
Contoh 2:
Judul pengembangan: Coba ceritakan lagi
Tujuan: Menceritakan kembali apa yang ia dengar memakai kata-katanya
sendiri.
Sarana: Buku-buku cerita atau cerita guru sendiri.
Kegiatan:
- Dengan
duduk di tikar atau di lantai, kelompok kecil atau besar mendengarkan
cerita guru. Guru juga
duduk di kursi yang rendah di tengah-tengah anak-anak. Gambar-gambar buku
ditunjukkan pada anak.
- Sesudah
selesai membaca cerita, anak diminta untuk menceritakan kembali apa yang
diceritakan oleh guru. Sikap guru adalah menerima apa saja yang ditangkap
oleh anak.
- Anak
dapat meminta gambar apa saja bagian yang ia senangi dalam cerita itu.
Guru menulis apa yang diceritakan oleh anak tentang gambar itu di bagian
bawah gambar.
- Anak-anak
membuat tokoh-tokoh cerita dalam bentuk boneka sederhana. Guru menyediakan
sarananya, yaitu: Karton tipis/kertas putih, spidol atau arang/alat tulis,
bambu pipih untuk pegangan benang untuk mengikat. Bentuk tokoh ditentukan
anak sendiri. Guru bersikap membantu dan mengikuti daya cipta anak. Apapun
bentuknya guru menunjukkan penghargaan yang tulus. Anak memainkan
ceritanya dengan percakapan-percakapan yang dikarang sendiri.
- Sewaktu-waktu
dapat dipentaskan secara sederhana di depan orang tua sendiri. Tidak perlu
dengan pengunjung ataupun penonton orang lain. Cukup dalam waktu setengah
jam untuk beberapa pasangan anak dengan kegiatan keterampilan yang
lain-lain, di samping kegiatan bahasa tersebut.
Dengan adanya benda-benda di sekitar anak, maka hal itu akan memudahkan
mereka membuat teka teki sendiri. Guru tinggal menyarankan: ”Coba lihat yang
benar-benar apa yang engkau lihat di sekitarmu?” Bila setiap hari diberikan
waktu untuk bermain secara santai ”Coba terka” selama beberapa menit, maka anak
akan berlatih memakai bahasa secara bebas dan penuh daya cipta.
Contoh 3:
Judul Pengembangan: Lihat ini
buatanku sendiri
Tujuan: Dapat mengekspresikan diri dalam bentuk kegiatan seni dengan
berbagai
media kreatif.
Sarana:
- Bahan-bahan
dipilih yang mudah diperoleh di daerah tempat TK berada, misalnya berbagai
macam kertas (kertas koran, kertas HVS, kertas bekas, karton), alat-alat
tulis (kapur, arang, pensil), pewarna (cat, pensil berwarna, krayon,
sepuhan), lilin, plastisin, tanah liat, papan tulis, bulu ayam,
biji-bijian, kain perca, isi batang singkong, terigu dan garam, ”mendong”
(rumput untuk bahan tikar), tangkai bawang putih yang dibakar sampai
hangus.
Kegiatan:
- Menggambar: Dengan menggunakan arang di atas kertas,
kapur di atas papan tulis, krayon di atas kertas, pensil di atas kertas,
cat di atas kertas/kertas koran/kertas majalah.
- Campuran terigu dan garam: Sebagai pengganti lilin campuran:
2 gelas terigu
1 gelas garam halus
Sepertiga gelas air sepuhan kue
Semua dicampur menjadi satu adonan. Bahan ini
tahan seminggu.
- Campuran ini dapat
merupakan bahan untuk kegiatan setiap hari untuk
kelompok kecil.
- Dapat juga dijadikan
gantungan kalung, dengan cara dikeringkan dan
diberi cat warna.
- Dengan
memakai gilingan kue dan cetakan kue, tutup botol, atau tutup gelas plastik,
maka anak dapat memainkan peranan di dapur. Membuat bermacam-macam kue.
·
Kolase
Bahan perca atau bahan bebas yang lain dapat
ditempel-tempel pada karton sehingga membentuk suatu gambar yang sesuai dengan
kehendak anak. Setelah berbagai cara terbaik diajarkan kepada anak, guru
bersikap sebagai penonton saja. Setelah selesai anak diminta untuk menerangkan
gambaran yang dibuatnya itu.
- Garis
Dengan menggunakan pensil berwarna atau spidol,
kertas gambar 20 x 15 cm, anak diminta membuat garis lengkung, garis datar,
garis bergerigi.
- Bentuk dasar
Guru menyuruh anak menggambar suatu bentuk dasar.
1. Dengan memperlihatkan bentuk dasar
selama 3 detik anak
diminta menghasilkan gambar tersebut.
Demikian
juga dengan bentuk seperti:
atau
Anak menggambar bentuk hanya dengan pemberitahuan
saja. Jadi tanpa contoh, misalnya: ”Gambarkan lingkaran”. Kemudian di dalam
bentuk tersebut diisi dengan berbagai garis yang bervariasi.
- Bermain lilin
Anak membentuk berbagai macam bentuk secara bebas
maupun terarah untuk melengkapi suatu karya proyek pekerjaan anak seluruh kelas
mengenai suatu tema, misalnya: ”Peternakan”.
Contoh:
Peternakan Pak Tamin
- Menganyam
Anak mengambil daun pisang dan dipotong menjadi lembaran-lembaran. Lembaran
lain disobek-sobek menjadi selebar lebih kurang 1 cm. Ambil lembaran yang sudah
disobek-sobek 1 cm kemudian dianyam dengan cara diuraikan.
- Menganyam mendong (bahan tikar)
Rumput panjang yang dikeringkan. Rumput dijemur sampai kering. Dianyam dan
dibentuk sebagai tikar, kipas, tas, dan sebagainya.
- Tanah liat
Carilah tanah liat yang bersih dan jagalah supaya
tetap basah. Bentuklah berbagai macam bentuk binatang ataupun benda pecah belah
(piring, mangkuk, dan lain-lain). Kemudian angin-anginkan sampai kering atau
dapat juga dittipkan di tempat pembakaran genting bila anak tinggal di daerah
pembuatan genteng dan kebetulan ada orang yang sedang membakar.
Berikut ini dikemukakan
lebih rinci mengenai kegiatan kreatif origami, bermain warna, dan mencetak
menggandakan bentuk (seni grafis) sebagaimana dikemukakan dalam tulisan yang
dimunculkan oleh Menanti, dan kawan-kawan (2009).
1) Origami (Melipat Kertas
Mereka Bentuk)
(1) Jenis Origami:
a. Origami Pureland: Adalah model
origami yang pada setiap langkah hanya dibolehkan sekali melipat. Lipatan yang
digunakan hanya lipatan gunung dan lipatan lembah.
b. Origami Modular: Pada model
origami ini, setiap lembar kertas dibentuk menjadi sebuah modul. Selanjutnya
seluruh modul disatukan dengan cara di lem atau dijepit menjadi suatu bentuk
tertentu seperti binatang, bangunan,
bunga.
c. Origami Teknis atau Origami
Sekkei: Origami sekkei ini diawali dengan mengkaji secara matematis
bentuk-bentuk bidang yang diperlukan yang akan dibuat lalu membuat pola dari
jejak lipatan yang harus dibuat pada kertas. Gambar sebelah kiri adalah pola
jejak lipatan yang diperlukan, sedangkan gambar di kanan adalah model hasil
jadinya yakni lebah.
(2) Bahan dan Alat
Kertas (misalnya kertas HVS, kertas
berlapis foil) atau seng atau aluminium, gunting,lem, cat warna, klip kertas. Jenis kertas yang digunakan dapat
bermacam-macam. Jenis kertas
yang biasa digunakan saat ini adalah kertas berbentuk bujur sangkar ukuran 2,5
cm hingga 25 cm, dengan satu sisi berwarna dan sisi lainnya berwarna putih.
Sisi berwarna ada yang berwarna gradasi, dua warna atau bermotif. Kertas
berlapis foil, memiliki warna mengkilap dari lapisan aluminium tipis di satu
sisinya. Umumnya kertas foil ini digunakan untuk membuat origami keperluan
dekorasi.
(3) Membaca Diagram Lipatan
Diagram Yoshizawa-Randlett menggunakan
simbol-simbol seperti garis putus, garis titik-putus dan panah untuk menyatakan
lipatan tertentu, dan dilengkapi oleh Samuel Randlett dan Robin Harbin dengan
simbol-simbol penjelasan untuk menyatakan perputaran dan zoom.
a. Garis:
a) Garis tebal atau garis biasa: Menyatakan tepi kertas
b) Garis abu-abu: Menyatakan kertas dilipat lalu dibentangkan kembali
pada garis ini. Ini untuk
membuat jejak lipatan.
b. Garis titik-titik: Menyatakan
bahwa garis tidak terlihat dari pandangan
depan karena terhalang
kertas di depannya.
c.
Garis putus-putus: Dibuat lipatan lembah pada garis ini atau garis titik-
putus. Dibuat lipatan
gunung pada garis ini (panah).
Contoh-Contoh Origami dapat dilihat pada bagian lampiran.
2) Bermain Warna (Kreasi Imajinatif dengan Warna)
Pada
bagian ini dikemukakan kreasi imajinatif dengan teknik inkblot, teknik tarikan
benang, teknik rintang warna.
(1) Kreasi Imajinatif dengan
Teknik Inkblot (Tetesan Tinta)
Langkah-langkah:
a. Siapkan kertas atau bidang yang dilukis. Lipat
kertas menjadi dua bagian
b. Tuangkan tinta, cat atau pewarna lain pada satu permukaan lain
c. Rapatkan kembali lipatan sehingga tinta atau
cat itu tertutup permukaan
yang satu
d. Buka lipatan itu, maka akan muncul bentuk yang
sebelumnya tidak kita duga
e. Khayalkan bentuk apa yang dapat kita
kembangkan sesuai dengan bentuk
yang muncul tadi
f. Tambahkan unsur lain untuk menampilkan
bentuk khayalan tadi.
Jika
menginginkan banyak warna, maka gunakan tinta atau cat berwarna, atau dapat dilakukan pelipan
beberapa kali. Pilihan pertama dapat menghasilkan percampuran warna yang
membaur,pilihan kedua dapat menghasilkan penggunaan warna yang bertumpuk. Teknik inkblot dapat juga dikembangkan dengan
cara tiupan menggunakan mulut dan dapat menggunakan sedotan. Langkah-Langkah
yang dilakukan sebagai berikut:
a. Siapkan kertas atau bidang yang akan
dilukis
b. Tuangkan tinta, cata, atau pewarna lain
pada permukaan kertas itu
c. Tiup tuangan tinta atau cat itu sesuai
dengan bentuk yang diinginkan/dikhayalkan
d. Tambahkan unsur lain untuk mendukung
bentuk itu.
(2) Kreasi Imajinatif dengan Teknik Tarikan Benang
Kegiatan
melukis ini memerlukan tambahan alat benang. Jenis benang yang dapat digunakan
adalah benang kasur atau benang lainnya. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai
berikut:
a. Siapkan kertas yang dilukis, dan lipat
menjadi dua bagian
b. Siapkan seutas benang secukupnya,
kemudian celupkan benang itu pada tinta
cat
sesuai dengan warna yang diinginkan
c. Masukkan benang tadi dengan posisi
sesuai kebutuhan dalam lipatan kertas
d. Tutup dan tekan lipatan itu dengan
tangan, kemudian tariklah benang yang ada
dalam lipatan itu
e. Khayalan bentuk yang dapat dikembangkan
berdasarkan bentuk yang muncul
dari
tarikan benang itu.
f. Tambahkan unsur-unsur lain (garis,
warna, raut/bentuk) sesuai dengan bentuk
yang
dikhayalkan.
(3) Kreasi imajinatif dengan Teknik Rintang Warna.
Melukis
dengan teknik rintang warna mirip dengan yang digunakan dalam teknik batik tutup celup, yaitu bagian yang
tidak dinginkan terkena warna ditutup dengan lilin, kemudian dicelupkan pada
cairan warna yang diinginkan. Pada melukis rentang warna, lebih sederhana
dilakukan. Krayon, pastel atau lilin (yang biasa digunakan untuk penerangan)
digunakan untuk perintang warna. Pewarna dapat digunakan tinta, pewarna
makanan, atau cat air. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
a. Siapkan kertas sebagai bidang lukis
b.
Gambarkan sesuai dengan gagasan anda pada bidang kertas tersebut dengan
bahan
krayon, pastel, atau lilin
c. Jika gambar telah anda anggap memadai, kuaskan tinta atau pewarna yang
anda miliki pada permukaan kertas.
Jika menginginkan tampil dengan
berbagai warna, maka gunakan krayon atau pastel beragam warna. Pembelajaran
dengan teknik rintang warna ini merangsang imajinasi anak, rasa ingin tahu
anak, dan menumbuhkan keinginan bereksplorasi dan bereksperimentasi.
Permainan
kreatif seni rupa dan kerajinan tangan lain seperti: (a) Mencetak menggandakan
bentuk (seni grafis), (b) Hias berhias (berkarya seni dekorasi). Mencetak dapat
dilakukan dengan penampang, dengan teknik monoprint, dengan teknik tembus. c)
Kolase, montase, mosaik.
Di
samping dalam: a. Setting pembelajaran, b. Karya kreatif seni dan kerajinan
tangan, kegiatan kreatif sering sekali ditemukan dalam suatu permainan (game) anak. Berikut ini dikemukakan
permainan yang mengandung nilai-nilai kreatif, yang dikemukakan oleh Jamil dan
Hidayanto (2008).
(1) Mengeja Kata
a. Garis besar kegiatan:
Permainan
mengeja kata mengungkap bagaimana para anggota kelompok secara cepat dan
kreatif bisa menanggapi instruksi yang diberikan oleh fasilitator. Dalam hal ini harus mengeja huruf
demi huruf dari satu kata secara terbalik, mulai dari kata yang pendek,
sederhana,lalu panjang, cukup sulit, hingga sangat sulit.
b. Bahan/alat: Tanpa alat
c. Prosedur:
a)
Seluruh anggota kelompok berdiri atau duduk membentuk lingkaran
b) Fasilitator menyebutkan satu
kata sederhana, misalnya PRODUK,
BANYAK, atau JUMLAH. Lalu ia menunjuk salah satu anggota kelompok secara
acak untuk mengeja huruf demi huruf kata tersebut dalam waktu 5 detik. Begitu
seterusnya berpindah ke anggota lain dengan kata-kata lain.
c)
Setelah itu fasilitator mulai memilih kata yang agak panjang dan cukup
sulit, misalnya INDONESIA, KREATIVITAS, PSIKOLOGI, atau TRADISIONAL.
d)
Lalu permainan ditingkatkan lagi kesulitannya, misalnya kata-kata yang
disebutkan harus dieja secara terbalik
e) Bagi anggota yang salah dalam
mengeja, diberikan hukuman. Para terhukum bisa dikumpulkan lebih dulu, lalu
diberi hukuman secara massal, misalnya harus berjoget atau menyanyi.
Catatan:
a) Fasilitator bertanya tentang pengalaman
dan perasaan mereka, karena pada saat acara mungkin ada anggota yang tidak
siap, tegang, gugup, atau lama dalam berpikir.
b) Fasilitator bertanya kepada mereka untuk
mengetahui pemahaman mereka tentang makna proses tersebut
c) Fasilitator menarik kesimpulan dari
ungkapan para anggota
d) Fasilitator memberi gambaran tentang makna
proses tersebut dengan berdasarkan tujuan permainan.
(2) Pergi Wisata
a. Garis besar kegiatan
Ketika permainan
”Pergi Wisata” berlangsung anggota kelompok harus bisa menyebutkan kota-kota
tempat wisata dengan cepat. Nantinya dari permainan ini akan tergambarkan
bagaimana mereka secara cepat, cermat, dan kreatif mengikuti petunjuk yang
diberikan.
b. Bahan/alat: Tanpa alat
c. Prosedur:
a) Seluruh anggota berdiri atau duduk santai membentuk lingkaran.
b) Fasilitator mengajak para anggota
berwisata imajinatif. Misalnya, fasilitator mengatakan akan ke Bandung. Lalu ia
menunjukkan salah satu anggota agar dalam waktu 5 detik menyebutkan nama kota
yang dimulai dengan huruf terakhir, dalam hal ini huruf G (misalnya Garut).
c) Selain itu anggota tersebut
menunjuk orang berikutnya agar mencari nama kota dan huruf terakhirnya, yaitu T
(misalnya Tasikmalaya). Begitu seterusnya berpindah ke anggota yang lain
d) Bila ada anggota yang tidak bisa
menyebutkan nama kota sampai habis waktunya, maka bisa diberi hukuman, misalnya
menyanyi, berjoget, atau bentuk kreativitas lain.
e) Permainan dapat ditingkatkan kesulitannya, misalnya harus menyebutkan
apa yang akan dilakukan di kota itu. Contoh: K Garut akan membeli dodol atau ke
Tasikmalaya mau membeli kain bordir.
Catatan:
a) Fasilitator bertanya tentang pengalaman dan
perasaan mereka. Karena pada saat acara mungkin ada anggota yang tidak siap,
tegang, gugup, atau lama dalam berpikir. Bahkan tidak bisa menyebutkan
kota-kota yang dituju dan kegiatan yang dilakukan.
b)
Fasilitator bertanya kepada peserta untuk mengetahui pemahaman mereka tentang
makna proses tersebut
c)
Fasilitator menarik kesimpulan dari ungkapan para anggota
d)
Fasilitator memberi gambaran tentang makna proses tersebut dengan berdasarkan
tujuan permainan.
(3) Suara Apa?
a. Garis Besar
Game ”Suara Apa”
pada dasarnya adalah sebuah ruang tempat anggota suatu kelompok mengeksplorasi
kecepatan, kecermatan, juga kreativitas. Dalam hal ini mereka harus bisa
bersuara atau menirukan bunyi-bunyian seperti yang dimaksudkan fasilitator
dalam isi cerita, misalnya suara binatang, angin, hujan, halilintar, dan
sebagainya.
b. Bahan/Alat: Tanpa alat
c.
Prosedur:
a) Seluruh anggota berdiri atau duduk santai
membentuk lingkaran
b) Fasilitator berada di tengah
lingkaran dan bercerita. Selama bercerita,pada saat tertentu fasilitator akan
berhenti dan menunjukkan seorang anggota secara acak untuk menirukan suara atau
atau bunyi sesuai maksud cerita. Bisa suara binatang, angin, hujan,
halilintar,atau benda-benda dan sebagainya. Misalnya dalam cerita itu ada
kucing, maka anggota yang ditunjuk harus harus menirukan suara kucing. Lalu
ceita dilanjutkan, dan dalam ceritanya mendadak turun hujan deras,maka anggota
yang ditunjuk harus menirukan suara hujan deras. Begitu seterusnya.
c) Bila ada anggota yang
tidak bisa atau salah menirukan suara yang
dimaksudkan, maka bisa
diberi hukuman.
Catatan:
a) Agar lebih bergairah (seru), bisa pula tidak
hanya menirukan suara atau bunyi sesuatu, tetapi juga sambil bergaya sesuai
dengan yang ditirukan.
b) Fasilitator bertanya tentang pengalaman
dan perasaan mereka, karena pada saat acara mungkin ada anggota yang tidak
siap, lama dalam berpikir atau malu pada saat menirukan dan bergaya.
c)
Fasilitator bertanya kepada peserta untuk mengetahui pemahaman mereka tentang
makna proses tersebut.
d)
Fasilitator memberi gambaran tentang makna proses tersebut dengan berdasarkan
tujuan permainan.
terima kasih banyak ya atas infonya
BalasHapusbantu share ya mb
BalasHapus