Total Tayangan Halaman

Selasa, 22 Mei 2012

Kreativitas dan kegiatan Kreatif Anak


KREATIVITAS DAN KEGIATAN KREATIF ANAK

            Berikut ini dikemukakan beberapa contoh kegiatan atau permainan kreatif  pada anak, baik pada anak-anak usia Taman Kanak-Kanak (TK), anak-anak Sekolah Dasar (SD), maupun anak-anak pada usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pembedaan berdasarkan tingkat pendidikan tersebut tidak berlaku kaku, sebab kegiatan kreatif pada anak usia TK dapat dilakukan oleh anak pada usia Sekolah Dasar dan sebaliknya kegiatan kreatif pada anak usia Sekolah Dasar dapat dilakukan oleh anak usia TK. Kegiatan kreatif pada anak usia SD juga dapat dilakukan pada anak usia SMP. Pembedaan tentang siapa yang dapat melakukan kegiatan kreatif lebih ditentukan oleh kemampuan melakukan kegiatan-kegaiatan kreatif dengan kerumitan tertentu. Dalam hal ini, kemampuan berpikir anak, perkembangan motorik halusi, dan daya konsentrasi untuk bekerja atau bermain dalam waktu tertentu, menentukan kegiatan kreatif yang sesuai.
            Beberapa contoh kegiatan kreatif pada anak dikemukakan berikut ini. Tangyong dkk.(1990) mengemukakan tentang Cara Belajar Aktif Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Pengembangan tersebut merupakan suatu panduan bagi guru-guru TK untuk menyusun persiapan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Panduan tersebut bertujuan untuk memudahkan guru TK dalam melaksanakan tugasnya. Bagi orang tua yang membantu perkembangan anak, panduan sangat berguna. Pengembangan meliputi pengembangan moral, pengembangan kemampuan berbahasa, pengembangan jasmani dan kesehatan, pengembangan pengetahuan, pengembngan perasaan, kemasyarakatan dan kesadaran lingkungan, dan pengembangan daya cipta. Pengembangan daya cipta atau pengembangan kreativitas anak dapat dilihat pada tiga buah contoh kegiatan berikut (Tangyong dan kawan-kawan, 1990).

Contoh 1:
Judul pengembangan: Coba terka
Tujuan: Mengungkap pola pikiran secara lisan tentang benda-benda di sekeliling anak.
Sarana: Gambar atau benda-benda dalam ukuran sebenarnya atau dalam ukuran kecil yang ada di sekitar anak, misalnya:
penghapus                               tempayan                                 cangkul
pencil                                       panci                                        pisau
kapur                                       piring                                       parang
buku kecil                                sendok                                     tali rafia
penggaris                                 dandang                                  keranjang
gunting                                    centong                                   tas
                                                gelas

Kegiatan:
Dalam kelompok kecil guru memberikan contoh.
Guru mengumpamakan dirinya sebagai suatu benda.
Contoh:          
1. Badanku panjang.
    Aku suka dipakai untuk menulis.
    Kawanku kertas, coba terka siapa saya!

 Jawaban: Pensil.

2. Warnaku putih.
    Aku mudah patah.
    Guru memakai aku di atas papan hitam. Siapakah saya?

   Jawaban : Kapur.                                                                                         

3. Aku bermata dua.
    Aku dapat memotong kain.
    Orang memasukkan tangan ke mata saya. Siapakah saya?

    Jawaban: Gunting

4. Rupa saya tipis dan panjang sekali.
    Warna saya kadang-kadang merah, biru, kuning, atau putih.
    Saya bisa mengikat barang-barang yang berserakan. Siapakah saya?

    Jawaban: Tali rafia

Contoh 2:
Judul pengembangan: Coba ceritakan lagi
Tujuan: Menceritakan kembali apa yang ia dengar memakai kata-katanya sendiri.
Sarana: Buku-buku cerita atau cerita guru sendiri.
Kegiatan:
  • Dengan duduk di tikar atau di lantai, kelompok kecil atau besar mendengarkan cerita guru. Guru juga duduk di kursi yang rendah di tengah-tengah anak-anak. Gambar-gambar buku ditunjukkan pada anak.
  • Sesudah selesai membaca cerita, anak diminta untuk menceritakan kembali apa yang diceritakan oleh guru. Sikap guru adalah menerima apa saja yang ditangkap oleh anak.
  • Anak dapat meminta gambar apa saja bagian yang ia senangi dalam cerita itu. Guru menulis apa yang diceritakan oleh anak tentang gambar itu di bagian bawah gambar.
  • Anak-anak membuat tokoh-tokoh cerita dalam bentuk boneka sederhana. Guru menyediakan sarananya, yaitu: Karton tipis/kertas putih, spidol atau arang/alat tulis, bambu pipih untuk pegangan benang untuk mengikat. Bentuk tokoh ditentukan anak sendiri. Guru bersikap membantu dan mengikuti daya cipta anak. Apapun bentuknya guru menunjukkan penghargaan yang tulus. Anak memainkan ceritanya dengan percakapan-percakapan yang dikarang sendiri.
  • Sewaktu-waktu dapat dipentaskan secara sederhana di depan orang tua sendiri. Tidak perlu dengan pengunjung ataupun penonton orang lain. Cukup dalam waktu setengah jam untuk beberapa pasangan anak dengan kegiatan keterampilan yang lain-lain, di samping kegiatan bahasa tersebut.

Dengan adanya benda-benda di sekitar anak, maka hal itu akan memudahkan mereka membuat teka teki sendiri. Guru tinggal menyarankan: ”Coba lihat yang benar-benar apa yang engkau lihat di sekitarmu?” Bila setiap hari diberikan waktu untuk bermain secara santai ”Coba terka” selama beberapa menit, maka anak akan berlatih memakai bahasa secara bebas dan penuh daya cipta.
 
Contoh 3:
Judul Pengembangan: Lihat  ini buatanku sendiri
Tujuan: Dapat mengekspresikan diri dalam bentuk kegiatan seni dengan berbagai
             media kreatif.
Sarana:
  • Bahan-bahan dipilih yang mudah diperoleh di daerah tempat TK berada, misalnya berbagai macam kertas (kertas koran, kertas HVS, kertas bekas, karton), alat-alat tulis (kapur, arang, pensil), pewarna (cat, pensil berwarna, krayon, sepuhan), lilin, plastisin, tanah liat, papan tulis, bulu ayam, biji-bijian, kain perca, isi batang singkong, terigu dan garam, ”mendong” (rumput untuk bahan tikar), tangkai bawang putih yang dibakar sampai hangus.
Kegiatan:
  • Menggambar: Dengan menggunakan arang di atas kertas, kapur di atas papan tulis, krayon di atas kertas, pensil di atas kertas, cat di atas kertas/kertas koran/kertas majalah.

  • Campuran terigu dan garam: Sebagai pengganti lilin campuran:

2 gelas terigu
1 gelas garam halus
Sepertiga gelas air sepuhan kue

Semua dicampur menjadi satu adonan. Bahan ini tahan seminggu.
- Campuran ini dapat merupakan bahan untuk kegiatan setiap hari untuk
   kelompok kecil.
- Dapat juga dijadikan gantungan kalung, dengan cara dikeringkan dan
 diberi cat warna.
- Dengan memakai gilingan kue dan cetakan kue, tutup botol, atau tutup gelas plastik, maka anak dapat memainkan peranan di dapur. Membuat bermacam-macam kue.

·         Kolase
Bahan perca atau bahan bebas yang lain dapat ditempel-tempel pada karton sehingga membentuk suatu gambar yang sesuai dengan kehendak anak. Setelah berbagai cara terbaik diajarkan kepada anak, guru bersikap sebagai penonton saja. Setelah selesai anak diminta untuk menerangkan gambaran yang dibuatnya itu.

  • Garis
Dengan menggunakan pensil berwarna atau spidol, kertas gambar 20 x 15 cm, anak diminta membuat garis lengkung, garis datar, garis bergerigi.

  • Bentuk dasar
Guru menyuruh anak menggambar suatu bentuk dasar.
1. Dengan memperlihatkan bentuk dasar               selama 3 detik anak
    diminta menghasilkan gambar               tersebut.
    Demikian juga dengan bentuk seperti:












 


atau
Anak menggambar bentuk hanya dengan pemberitahuan saja. Jadi tanpa contoh, misalnya: ”Gambarkan lingkaran”. Kemudian di dalam bentuk tersebut diisi dengan berbagai garis yang bervariasi.

  • Bermain lilin
Anak membentuk berbagai macam bentuk secara bebas maupun terarah untuk melengkapi suatu karya proyek pekerjaan anak seluruh kelas mengenai suatu tema, misalnya: ”Peternakan”.
Contoh:
Peternakan Pak Tamin


  • Menganyam
Anak mengambil daun pisang dan dipotong menjadi lembaran-lembaran. Lembaran lain disobek-sobek menjadi selebar lebih kurang 1 cm. Ambil lembaran yang sudah disobek-sobek 1 cm kemudian dianyam dengan cara diuraikan.


  • Menganyam mendong (bahan tikar)
Rumput panjang yang dikeringkan. Rumput dijemur sampai kering. Dianyam dan dibentuk sebagai tikar, kipas, tas, dan sebagainya.


  • Tanah liat
Carilah tanah liat yang bersih dan jagalah supaya tetap basah. Bentuklah berbagai macam bentuk binatang ataupun benda pecah belah (piring, mangkuk, dan lain-lain). Kemudian angin-anginkan sampai kering atau dapat juga dittipkan di tempat pembakaran genting bila anak tinggal di daerah pembuatan genteng dan kebetulan ada orang yang sedang membakar.


            Berikut ini dikemukakan lebih rinci mengenai kegiatan kreatif origami, bermain warna, dan mencetak menggandakan bentuk (seni grafis) sebagaimana dikemukakan dalam tulisan yang dimunculkan oleh Menanti, dan kawan-kawan (2009).
1) Origami (Melipat Kertas Mereka Bentuk)
      (1) Jenis Origami:
           a. Origami Pureland: Adalah model origami yang pada setiap langkah hanya dibolehkan sekali melipat. Lipatan yang digunakan hanya lipatan gunung dan lipatan lembah.
           b. Origami Modular: Pada model origami ini, setiap lembar kertas dibentuk menjadi sebuah modul. Selanjutnya seluruh modul disatukan dengan cara di lem atau dijepit menjadi suatu bentuk tertentu  seperti binatang, bangunan, bunga.
           c. Origami Teknis atau Origami Sekkei: Origami sekkei ini diawali dengan mengkaji secara matematis bentuk-bentuk bidang yang diperlukan yang akan dibuat lalu membuat pola dari jejak lipatan yang harus dibuat pada kertas. Gambar sebelah kiri adalah pola jejak lipatan yang diperlukan, sedangkan gambar di kanan adalah model hasil jadinya yakni lebah.
      (2) Bahan dan Alat
            Kertas (misalnya kertas HVS, kertas berlapis foil) atau seng atau aluminium, gunting,lem, cat warna, klip kertas. Jenis kertas yang digunakan dapat bermacam-macam. Jenis kertas yang biasa digunakan saat ini adalah kertas berbentuk bujur sangkar ukuran 2,5 cm hingga 25 cm, dengan satu sisi berwarna dan sisi lainnya berwarna putih. Sisi berwarna ada yang berwarna gradasi, dua warna atau bermotif. Kertas berlapis foil, memiliki warna mengkilap dari lapisan aluminium tipis di satu sisinya. Umumnya kertas foil ini digunakan untuk membuat origami keperluan dekorasi.
      (3) Membaca Diagram Lipatan
                        Diagram Yoshizawa-Randlett menggunakan simbol-simbol seperti garis putus, garis titik-putus dan panah untuk menyatakan lipatan tertentu, dan dilengkapi oleh Samuel Randlett dan Robin Harbin dengan simbol-simbol penjelasan untuk menyatakan perputaran dan zoom.
a. Garis:
               a) Garis tebal atau garis biasa: Menyatakan tepi kertas
               b) Garis abu-abu: Menyatakan kertas dilipat lalu dibentangkan kembali
                   pada garis ini. Ini untuk membuat jejak lipatan.
          b. Garis titik-titik: Menyatakan bahwa garis tidak terlihat dari pandangan
              depan karena terhalang kertas di depannya.
          c. Garis putus-putus: Dibuat lipatan lembah pada garis ini atau garis titik-
              putus. Dibuat lipatan gunung pada garis ini (panah).
Contoh-Contoh Origami dapat dilihat pada bagian lampiran.

2) Bermain Warna (Kreasi Imajinatif dengan Warna)
            Pada bagian ini dikemukakan kreasi imajinatif dengan teknik inkblot, teknik tarikan benang, teknik rintang warna.
(1) Kreasi Imajinatif dengan Teknik Inkblot (Tetesan Tinta)
     Langkah-langkah:
a.  Siapkan kertas atau bidang yang dilukis. Lipat kertas menjadi dua bagian
b. Tuangkan tinta, cat atau pewarna lain pada satu permukaan lain
c.  Rapatkan kembali lipatan sehingga tinta atau cat itu tertutup permukaan
    yang satu
d.       Buka lipatan itu, maka akan muncul bentuk yang sebelumnya tidak kita duga
e.  Khayalkan bentuk apa yang dapat kita kembangkan sesuai dengan bentuk
    yang muncul tadi
f. Tambahkan unsur lain untuk menampilkan bentuk khayalan tadi.
            Jika menginginkan banyak warna, maka gunakan tinta atau cat  berwarna, atau dapat dilakukan pelipan beberapa kali. Pilihan pertama dapat menghasilkan percampuran warna yang membaur,pilihan kedua dapat menghasilkan penggunaan warna yang bertumpuk.  Teknik inkblot dapat juga dikembangkan dengan cara tiupan menggunakan mulut dan dapat menggunakan sedotan. Langkah-Langkah yang dilakukan sebagai berikut:
a.       Siapkan kertas atau bidang yang akan dilukis
b.      Tuangkan tinta, cata, atau pewarna lain pada permukaan kertas itu
c.       Tiup tuangan tinta atau cat itu sesuai dengan bentuk yang diinginkan/dikhayalkan
d.      Tambahkan unsur lain untuk mendukung bentuk itu.

(2) Kreasi Imajinatif dengan Teknik Tarikan Benang
      Kegiatan melukis ini memerlukan tambahan alat benang. Jenis benang yang dapat digunakan adalah benang kasur atau benang lainnya. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
a. Siapkan kertas yang dilukis, dan lipat menjadi dua bagian
b. Siapkan seutas benang secukupnya, kemudian celupkan benang itu pada tinta
    cat sesuai dengan warna yang diinginkan
c. Masukkan benang tadi dengan posisi sesuai kebutuhan dalam lipatan kertas
d. Tutup dan tekan lipatan itu dengan tangan, kemudian tariklah benang yang ada
    dalam lipatan itu
e. Khayalan bentuk yang dapat dikembangkan berdasarkan bentuk yang muncul
    dari tarikan benang itu.
f. Tambahkan unsur-unsur lain (garis, warna, raut/bentuk) sesuai dengan bentuk
    yang dikhayalkan.

(3) Kreasi imajinatif dengan Teknik Rintang Warna.
            Melukis dengan teknik rintang warna mirip dengan yang digunakan dalam teknik batik tutup celup, yaitu bagian yang tidak dinginkan terkena warna ditutup dengan lilin, kemudian dicelupkan pada cairan warna yang diinginkan. Pada melukis rentang warna, lebih sederhana dilakukan. Krayon, pastel atau lilin (yang biasa digunakan untuk penerangan) digunakan untuk perintang warna. Pewarna dapat digunakan tinta, pewarna makanan, atau cat air. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
a.       Siapkan kertas sebagai bidang lukis
b.  Gambarkan sesuai dengan gagasan anda pada bidang kertas tersebut dengan
     bahan krayon, pastel, atau lilin
c.  Jika gambar telah anda anggap memadai, kuaskan tinta atau pewarna yang anda miliki pada permukaan kertas.
Jika menginginkan tampil dengan berbagai warna, maka gunakan krayon atau pastel beragam warna. Pembelajaran dengan teknik rintang warna ini merangsang imajinasi anak, rasa ingin tahu anak, dan menumbuhkan keinginan bereksplorasi dan bereksperimentasi. 
            Permainan kreatif seni rupa dan kerajinan tangan lain seperti: (a) Mencetak menggandakan bentuk (seni grafis), (b) Hias berhias (berkarya seni dekorasi). Mencetak dapat dilakukan dengan penampang, dengan teknik monoprint, dengan teknik tembus. c) Kolase, montase, mosaik.
            Di samping dalam: a. Setting pembelajaran, b. Karya kreatif seni dan kerajinan tangan, kegiatan kreatif sering sekali ditemukan dalam suatu permainan (game) anak. Berikut ini dikemukakan permainan yang mengandung nilai-nilai kreatif, yang dikemukakan oleh Jamil dan Hidayanto (2008).
(1) Mengeja Kata
     a. Garis besar kegiatan:
                        Permainan mengeja kata mengungkap bagaimana para anggota kelompok secara cepat dan kreatif bisa menanggapi instruksi yang diberikan oleh fasilitator. Dalam hal ini harus mengeja huruf demi huruf dari satu kata secara terbalik, mulai dari kata yang pendek, sederhana,lalu panjang, cukup sulit, hingga sangat sulit.
      b. Bahan/alat: Tanpa alat
      c. Prosedur:
            a)  Seluruh anggota kelompok berdiri atau duduk membentuk lingkaran
            b) Fasilitator menyebutkan satu kata sederhana, misalnya PRODUK,   BANYAK, atau JUMLAH. Lalu ia menunjuk salah satu anggota kelompok secara acak untuk mengeja huruf demi huruf kata tersebut dalam waktu 5 detik. Begitu seterusnya berpindah ke anggota lain dengan kata-kata lain.
            c)  Setelah itu fasilitator mulai memilih kata yang agak panjang dan cukup sulit, misalnya INDONESIA, KREATIVITAS, PSIKOLOGI, atau TRADISIONAL.
           d)  Lalu permainan ditingkatkan lagi kesulitannya, misalnya kata-kata yang disebutkan harus dieja secara terbalik
            e) Bagi anggota yang salah dalam mengeja, diberikan hukuman. Para terhukum bisa dikumpulkan lebih dulu, lalu diberi hukuman secara massal, misalnya harus berjoget atau menyanyi.
      Catatan:
a)      Fasilitator bertanya tentang pengalaman dan perasaan mereka, karena pada saat acara mungkin ada anggota yang tidak siap, tegang, gugup, atau lama dalam berpikir.
b)      Fasilitator bertanya kepada mereka untuk mengetahui pemahaman mereka tentang makna proses tersebut
c)      Fasilitator menarik kesimpulan dari ungkapan para anggota
d)     Fasilitator memberi gambaran tentang makna proses tersebut dengan berdasarkan tujuan permainan.

(2) Pergi Wisata
      a. Garis besar kegiatan
                   Ketika permainan ”Pergi Wisata” berlangsung anggota kelompok harus bisa menyebutkan kota-kota tempat wisata dengan cepat. Nantinya dari permainan ini akan tergambarkan bagaimana mereka secara cepat, cermat, dan kreatif mengikuti petunjuk yang diberikan.
      b. Bahan/alat: Tanpa alat
      c. Prosedur:
          a) Seluruh anggota berdiri atau duduk santai membentuk lingkaran.
          b) Fasilitator mengajak para anggota berwisata imajinatif. Misalnya, fasilitator mengatakan akan ke Bandung. Lalu ia menunjukkan salah satu anggota agar dalam waktu 5 detik menyebutkan nama kota yang dimulai dengan huruf terakhir, dalam hal ini huruf G (misalnya Garut).
          c) Selain itu anggota tersebut menunjuk orang berikutnya agar mencari nama kota dan huruf terakhirnya, yaitu T (misalnya Tasikmalaya). Begitu seterusnya berpindah ke anggota yang lain
          d) Bila ada anggota yang tidak bisa menyebutkan nama kota sampai habis waktunya, maka bisa diberi hukuman, misalnya menyanyi, berjoget, atau bentuk kreativitas lain.
         e) Permainan dapat ditingkatkan kesulitannya, misalnya harus menyebutkan apa yang akan dilakukan di kota itu. Contoh: K Garut akan membeli dodol atau ke Tasikmalaya mau membeli kain bordir.
Catatan:
a)  Fasilitator bertanya tentang pengalaman dan perasaan mereka. Karena pada saat acara mungkin ada anggota yang tidak siap, tegang, gugup, atau lama dalam berpikir. Bahkan tidak bisa menyebutkan kota-kota yang dituju dan kegiatan yang dilakukan.
b) Fasilitator bertanya kepada peserta untuk mengetahui pemahaman mereka tentang makna proses tersebut
c)  Fasilitator menarik kesimpulan dari ungkapan para anggota
d) Fasilitator memberi gambaran tentang makna proses tersebut dengan berdasarkan tujuan permainan.

(3) Suara Apa?
     a. Garis Besar
                     Game ”Suara Apa” pada dasarnya adalah sebuah ruang tempat anggota suatu kelompok mengeksplorasi kecepatan, kecermatan, juga kreativitas. Dalam hal ini mereka harus bisa bersuara atau menirukan bunyi-bunyian seperti yang dimaksudkan fasilitator dalam isi cerita, misalnya suara binatang, angin, hujan, halilintar, dan sebagainya.
      b. Bahan/Alat: Tanpa alat
      c. Prosedur:
          a)  Seluruh anggota berdiri atau duduk santai membentuk lingkaran
          b) Fasilitator berada di tengah lingkaran dan bercerita. Selama bercerita,pada saat tertentu fasilitator akan berhenti dan menunjukkan seorang anggota secara acak untuk menirukan suara atau atau bunyi sesuai maksud cerita. Bisa suara binatang, angin, hujan, halilintar,atau benda-benda dan sebagainya. Misalnya dalam cerita itu ada kucing, maka anggota yang ditunjuk harus harus menirukan suara kucing. Lalu ceita dilanjutkan, dan dalam ceritanya mendadak turun hujan deras,maka anggota yang ditunjuk harus menirukan suara hujan deras. Begitu seterusnya.
         c) Bila ada anggota yang tidak bisa atau salah menirukan suara yang  
             dimaksudkan, maka bisa diberi hukuman.
Catatan:
a)  Agar lebih bergairah (seru), bisa pula tidak hanya menirukan suara atau bunyi sesuatu, tetapi juga sambil bergaya sesuai dengan yang ditirukan.
    b) Fasilitator bertanya tentang pengalaman dan perasaan mereka, karena pada saat acara mungkin ada anggota yang tidak siap, lama dalam berpikir atau malu pada saat menirukan dan bergaya.
c) Fasilitator bertanya kepada peserta untuk mengetahui pemahaman mereka tentang makna proses tersebut.
d) Fasilitator memberi gambaran tentang makna proses tersebut dengan berdasarkan tujuan permainan.

2 komentar: