Total Tayangan Halaman

Rabu, 23 Mei 2012

Minat pada anak

MINAT PADA SEKOLAH
1. Minat Anak pada Sekolah
            Minat pada anak kecil ditandai oleh keinginan untuk sekolah. Dalam pandangan anak, pergi ke sekolah berarti “menjadi besar.” Jadi, sekolah merupakan lambang status bagi anak. Naik turunnya minat pada anak, bersifat individual (berbeda antara satu anak dengan anak lainnya). Ada anak yang menunjukkan kebertahanan minat tinggi sampai pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, namun ada anak yang menunjukkan kebosanan, sehingga enggan pergi sekolah.
            Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi minat anak pada sekolah. Dapat diketahui berikut ini.
1)      Pengalaman dini sekolah
Anak yang memasuki sekolah telah ”siap” dengan anak yang ”tidak siap”, akan berbeda. Anak yang telah siap dan mempunyai pengalaman belajar-bermain yang menyenangkan di dalam kelompok belajar  Taman Kanak-Kanaknya, akan mudah menyesuaikan diri dengan situasi sekolah, dan bersikap positif terhadap sekolah. Sementara anak yang tidak siap akan mengalami kesulitan menyesuaikan diri, merasakan sekolah sebagai suatu lingkungan yang menekannya, sehingga ia bersikap negatif terhadap sekolah.
2)   Pengaruh orang tua
            Orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap sekolah, guru, kegagalan dan kesuksesan prestasi, optimalisasi potensi. Orang tua yang mempersiapkan anak sebelum memasuki sekolah, akan memudahkan penyesuaian diri anak. Setelah sekolah, orang tua mempengaruhi minat belajar anak melalui sikap terhadap keberhasilan dan kegagalan anak di sekolah. Sikap orang tua yang memahami kekurangan anak, kemudian memberi dorongan untuk terus berprestasi, akan menentramkan anak. Sebaliknya, orang tua yang terlalu menuntut anak untuk berprestasi, dapat membebani anak, sehingga anak menerima pengalaman buruk tentang sekolah.
3)  Sikap teman sebaya
            Teman sebaya mempengaruhi anak antara lain melalui penerimaan dan penolakan teman sebaya terhadap diri anak. Untuk dapat diterima oleh teman sebayanya, maka anak harus belajar menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan minat yang dianut oleh kelompok, misalnya minat dalam mengisi waktu istirahat di sekolah, memilih minat kegiatan ekstra kurikuler. Anak yang tidak dapat menyesuaikan diri atau tidak mampu terlibat ikut serta  sebagaimana teman-temannya di dalam kelompok kegiatan, maka anak tersebut tidak tertarik dan kemungkinan mengundurkan diri dari lingkungan yang tidak menyenangkannya tersebut.
4.      Keberhasilan akademik
Prestasi akademik yang tinggi menumbuhkan minat anak pada lingkungan sekolah, dan sebaliknya prestasi akademik yang rendah, menimbulkan perasaan tidak senang di lingkungan kelompok/sekolah dimana anak berprestasi rendah. Kegagalan anak untuk naik kelas, dapat mengakibatkan anak menghindari lingkungan dan mengurangi minat sekolahnya.
5.  Hubungan guru dengan murid
            Interaksi guru terhadap murid yang menunjukkan keramahan, kehangatan, kasih sayang, akan menumbuhkan minat sekolah yang tinggi.
6. Suasana emosional di sekolah
            Suasana sekolah yang terdiri dari kondisi fasilitas fisik, para guru, pembimbing sekolah, wali kelas, pegawai, kepala sekolah, yang menyenangkan, memberi rasa nyaman, tidak otoriter maupun tidak penuh kebebasan, melainkan demokratis yang terpimpin, merupakan lingkungan emosional yang baik untuk minat sekolah dan minat belajar anak yang tinggi.
            Hal penting lain mengenai minat anak pada sekolah ialah bahwa minat menjadi lebih selektif dengan bertambahnya usia. Bila pada awalnya anak ingin sekali menjadi warga sekolah, maka anak yang lebih tua bersikap memilih aktivitas sekolah yang disukainya (selektif). Sebagai contoh, ada anak yang terutama tertarik pada kegiatan akademik, tetapi ada anak lainnya lebih menyukai kegiatan ekstrakurikuler. Berkenaan dengan ketertarikan atau arah minat ini, maka oleh karena sebagian besar waktu di sekolah digunakan untuk kegiatan akademik daripada kegiatan ekstrakurikuler, maka situasi ini membuat anak yang tidak menyukai kegiatan akademik cenderung mengembangkan sikap yang tidak menguntungkan terhadap sekolah.
            Terdapat pula minat yang selektif dalam bidang/mata pelajaran. Anak-anak cenderung tertarik pada mata pelajaran yang mereka anggap sesuai dengan kebutuhan mereka, sesuai dengan jenis kelamin, mudah mempelajari dan menghasilkan angka baik. Sebaliknya, siswa cenderung tidak tertarik pada mata pelajaran yang mereka anggap tidak relevan, tidak sesuai dengan jenis kelamin, sukar, membosankan, diajarkan dengan buruk,  dan yang menghasilkan nilai buruk.
           
2. Pengaruh Minat terhadap Sekolah
            Siswa yang tertarik dan/atau berminat pada sekolah baik dalam kegiatan belajar, dalam hubungan dengan guru beserta personil sekolah lainnya, dalam menerima keterampilan guru mengajar dan mendidik, menjalani kondisi fisik sekolah, dan mengikuti program-program kegiatan sekolah, maka siswa akan menunjukkan perilaku positif terhadap sekolah. Siswa akan tampak bahagia dan nyaman di sekolah, menghabiskan waktunya yang banyak di sekolah, mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler, menghormati para guru dan personil sekolah lainnya, mematuhi disiplin sekolah, aktif dalam mengikuti pelajaran, dan bangga akan sekolahnya.
            Pada sisi lain, anak yang merasa bosan di sekolah, akan memunculkan perilaku bermasalah. Dari anak seperti ini, muncul perilaku mengganggu teman, menjengkelkan guru, tidak menyelesaikan tugas, hadir ke sekolah terlambat, ketidak hadiran di sekolah, membolos (tidak masuk ke sekolah, walaupun dari rumah berangkat menuju sekolah), membolos pada jam-jam mata pelajaran pada tertentu, prestasi belajar rendah. 
            Bosan di sekolah atau  bosan mengikuti pelajaran dan kegiatan sekolah adalah indikator penting dari tidak adanya minat anak terhadap sekolah. Pada halaman berikut ini dapat dilihat gambar tentang beberapa faktor yang menimbulkan rasa bosan sekolah dan efeknya yang luas (Hurlock, 1978: 443).

3. Metode Menemukan Minat Anak
Untuk menemukan minat yang lebih akurat, yakni bukan sekadar menemukan kesenangan, maka penemuan minat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu metode. Beberapa cara/metode menemukan minat anak dapat dilakukan sebagai berikut:
1)      Mengamati kegiatan yang dilakukan oleh anak
Dalam mengamati kegiatan yang dilakukan oleh anak, akan diketahui arah minat anak berdasarkan frekuensi melakukan dan intensitasnya. Intensitas dapat diketahui melalui lamanya waktu yang digunakan oleh anak, kesungguhan menghadapi tantangan dalam perbuatan sesuai minatnya, dan tingkat ketidak bosanannya. 
2)      Pertanyaan yang diajukan oleh anak.
Bila anak terus menerus bertanya mengenai sesuatu, hal ini mengindikasikan bahwa minat anak pada hal tersebut lebih besar daripada minatnya pada hal yang hanya sekali-sekali ditanyakan.
3)      Pokok pembicaraan anak
Hal yang dibicarakan anak dengan orang dewasa atau teman sebaya memberi petunjuk mengenai minat mereka dan seberapa kuatnya minat tersebut.
4)      Pilihan bahan bacaan anak
Dalam kondisi dimana anak bebas memilih buku untuk dibaca, maka minat anak dapat diidentifikasi melalui pilihan topik yang dipilihnya.
5)      Menggambar spontan.
Apa yang digambar atau dilukis anak secara spontan dan seberapa sering mereka mengulangnya akan memberi petunjuk tentang minat mereka terhadap sesuatu.
6)      Keinginan.
Bila ditanyakan kepada anak mengenai apa yang ia inginkan bila mereka dapat memperoleh apa saja yang mereka inginkan, maka kebanyakan anak dengan jujur akan menyebut hal-hal yang paling diminati. Dengan demikian, jawaban anak mencerminkan arah minat mereka.
7)      Laporan mengenai apa saja yang diminati.
Bila ditanya untuk menyebut atau menulis tiga benda atau kegiatan yang paling diminati oleh anak, maka jawaban anak ini merupakan petunjuk tentang hal yang disenanginya dan arah minatnya.  

BAHAYA-BAHAYA DALAM PERKEMBANGAN MINAT
Bahaya umum berkenaan dengan perkembangan minat anak, penting dipahami agar guru/orang tua terhindar dari perbuatan menemukan, mengembangkan minat yang salah. Kesalahan dapat terjadi pada: 1. Kecenderungan menginterpretasikan kesenangan sebagai minat, 2. Pengaruh teman sebaya terhadap minat, 3. Minat anak yang berbeda dari minat teman sebaya, dan 4. Minat anak yang tidak realistis. Penjelasan dikemukakan berikut ini.
1.      Menginterpretasikan kesenangan sebagai minat
Kegiatan anak melakukan sesuatu dalam waktu yang lama disebabkan oleh beberapa faktor seperti mengisi waktu luang yang panjang, tidak ada kegiatan lain yang lebih menarik, karena alasan sedang menjadi mode. Alasan-alasan ini tidak berarti bahwa kegiatan yang dilakukan oleh anak adalah kegiatan yang diminatinya, melainkan suatu kegiatan yang disenanginya, yang tidak akan bertahan lama sebagaimana suatu minat.
Kesalahan orang tua menginterpretasikan kesenangan sebagai minat mengakibatkan orang tua cenderung melengkapi kebutuhan anak untuk perkembangan kesenangan, sehingga anak menjadi terfokus pada bidang yang sesungguhnya tidak menjadi minatnya. Hal ini juga berarti bahwa penemuan minat anak yang sebenarnya, menjadi kekurangan kesempatan.
Pada sisi anak, anak menjadi sulit untuk ke luar dari pemfokusan kegiatan kesenangan yang telah dilakukan, karena ia tidak ingin mengecewakan orang tua yang telah memfasilitasi dengan berbagai fasilitas atau ia tidak ingin dipandang sebagai anak yang tidak stabil pada pilihan minatnya. Pada akhirnya anak berusaha mempertahankan perasaan bosan pada kesenangan sementara yang telah diinterpretasikan sebagai minat tersebut. Perasaan bosan menjadi tekanan bagi anak, sehingga menimbulkan frustasi.
Orang tua yang terlalu cepat menafsirkan kesenangan anak sebagai minat dapat dilihat pada contoh tingkah laku orang tua berikut: Orang tua menginterpretasikan anaknya berminat pada bidang teknik melalui gejala tingkah laku anak yang suka bermain permainan elektronik dan suka membongkar pasang. Contoh lain, orang tua menginterpretasikan anaknya mempunyai minat dalam bidang komputer oleh karena anak sering menggunakan komputer untuk mengetik dan membuka internet.
2.      Pengaruh teman sebaya pada minat
Ada kecenderungan bahwa anak menyesuaikan diri dengan teman sebaya mereka, terutama pada anak usia remaja. Pada anak usia SD, adakalanya hal ini terjadi. Hal yang tidak diinginkan, apabila anak mengikuti kesenangan atau kebiasaan teman sebaya yang buruk, misalnya  minat belajar yang rendah. Dapat pula anak mengikuti kegiatan teman yang tidak disukainya, namun agar ia merasa bagian dari kelompoknya, ia terpaksa mengikuti minat kelompok.
3.      Minat yang berbeda dari minat teman sebaya
Dapat terjadi bahwa penerimaan terhadap anak di kalangan teman sebayanya dipengaruhi oleh arah kesenangan atau arah minat yang sejalan atau sama. Jika minat seorang anak sangat berbeda dari teman-teman sebayanya, khususnya dalam gangnya, maka hal ini dapat menimbulkan penolakan. Misalnya, sekelompok anak dalam satu gang menyenangi olahraga bola kaki, tetapi seorang anak kurang menyukai dan kurang terampil pada kegiatan olahraga bermain bola kaki. Sebaliknya, ia senang membaca buku-buku pelajaran, termasuk membaca komik cerita silat. Kesenangan yang berbeda tersebut, membuat anak jarang diajak bermain bersama teman gangnya, kalaupun ia ikut, hanya berperan sebagai penonton. Keadaan ini membuat anak mengalami kesulitan penyesuaian pribadi dan sosial di lingkungan gangnya (anak merasa inferior), dan akhirnya ia akan mengundurkan diri dari kelompoknya yang tidak sejalan dalam kesenangan tersebut.
 4. Minat yang tidak realistis
            Tidak jarang dijumpai keadaan dimana bayangan anak berbeda jauh dengan kenyataan yang dihadapinya. Misalnya, anak mengharapkan sekolah maupun orangtua merupakan tempat ia bertanya apabila menemui kesulitan dalam memahami pelajaran-pelajaran sekolah. Kenyataan yang dihadapi, guru kurang memberi penjelasan karena keterbatasan waktu guru di sekolah dan orangtua selalu sibuk dengan kegiatannya, sehingga mereka tidak bisa membantu menyelesaikan kesulitan yang dihadapi oleh anak. Keadaan ini mengakibatkan minat anak untuk belajar menurun, anak menyadari bahwa harapannya untuk memiliki nilai baik di sekolah tidak akan tercapai karena kurangnya dukungan lingkungan, termasuk ketiadaan fasilitas belajar seperti buku-buku pengayaan yang mempermudah pemahaman pelajaran.
5.      Bobot emosional yang kurang
Minat anak akan lebih terhambat apabila tidak mendapat dukungan yang cukup pada aspek emosional daripada aspek kognitif. Dapat diilustrasikan sebagai berikut: Anak meminta dibelikan sebuah kalkulator kepada orangtua untuk digunakan dalam menyelesaikan hitungan rumus-rumus matematika. Anak hendak menggunakan kalkulator tersebut untuk mengeksplorasi fungsi-fungsi kalkulator yang lebih kompleks, yang ingin diketahuinya. Menanggapi permintaan anak tersebut, bila orangtua menjawab bahwa orangtua perlu waktu untuk memenuhinya dan akan memenuhi segera setelah mempunyai uang, maka atas jawaban orangtua tersebut, anak tidak mengalami perasaan negatif, dibandingkan jika orangtua menanggapi permintaan anak dengan mengatakan: ”Jangan terlalu banyak permintaan, jangan menyulitkan orangtua lagi.” Jawaban orangtua yang terakhir mengganggu kenyamanan emosi anak, sehingga kondisi emosi anak yang terganggu tersebut membuatnya kecil hati atau marah. Konsekuensinya anak mengabaikan minat mengeksplorasi fungsi- fungsi kalkulator.

MENGEMBANGKAN MINAT ANAK

1. Mengembangkan Minat secara Umum:
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu anak melihat bagaimana hubungan antara yang diharapkan diminati dengan kepentingan diri anak. Proses ini berarti menunjukkan pada anak bagaimana suatu minat dapat memenuhi tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila anak menyadari peran penting dari suatu hal yang diharapkan menjadi minatnya, maka ia akan tertarik untuk mendekat pada minat yang diharapkan tersebut. Untuk contoh, berikut ini adalah upaya guru BK (konselor sekolah) bersama guru bahasa Inggeris dalam menumbuhkan minat belajar seorang siswa: Siswa X menunjukkan minat yang rendah pada pelajaran bahasa Inggeris, meskipun dari observasi guru di kelas, siswa X mempunyai potensi tinggi dalam bahasa Inggeris. Nilai yang dicapai oleh X selama ini berada di bawah rata-rata potensi dirinya. Setelah ditelusuri oleh guru BK melalui wawancara pada siswa X, ternyata siswa X tidak berminat terhadap pelajaran bahasa Inggeris, oleh karena ia kurang merasakan manfaat yang luas dari keterampilan berbahasa Inggeris. Ia hanya melihat bahasa Inggeris sebagai bahasa ketiga setelah bahasa yang ia gunakan sehari-hari, yaitu bahasa ibu di rumah dan bahasa Indonesia di luar rumah. Setelah diberitahu bahwa dengan kemampuan berbahasa Inggeris siswa X akan memperoleh banyak manfaat, yaitu memudahkan X mendapatkan pekerjaan kelak, memungkinkan X mendapat pekerjaan yang menjanjikan kesejahteraan lebih tinggi, memungkinkannya untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang dari berbagai negara, memungkinkan X untuk melanjutkan studi ke luar negeri, dan seterusnya, maka setelah disadarkan akan manfaat menguasai bahasa Inggeris tersebut, siswa X mulai menunjukkan minat belajarnya.
Menghadapi minat anak yang belum cukup kuat, guru (pendidik) dan orang tua harus terus berusaha memperkuat minat anak, sehingga minat yang pada mulanya lemah, atau mungkin merupakan minat ekstrinsik (minat yang dikuatkan oleh faktor-faktor di luar diri anak), menjadi minat intrinsik (minat yang berasal dari diri sendiri). Minat intrinsik ditumbuhkan dengan cara menyadarkan anak tentang pentingnya suatu minat.
Minat dapat pula dirangsang melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan aktual sesuai dengan karakteristik perkembangan anak. Misalnya pada periode perkembangan awal remaja maupun periode kanak-kanak, pengembangan minat dilakukan dengan melibatkan (menyertakan) teman-teman sebaya yang mempunyai arah minat yang sama. Dengan melibatkan orang lain yang sebaya, anak/remaja akan lebih terdorong.
Memberi kesempatan yang luas kepada anak untuk terlibat dalam berbagai kegiatan, melakukan sesuatu dengan benda-benda/barang-barang yang menarik maupun yang kurang menarik perhatiannya, merupakan cara yang sangat baik untuk merangsang minat-minat baru dalam diri anak, yang sebelumnya belum muncul. Untuk memberi kesempatan yang luas ini, orang tua/guru memfasilitasi anak dengan berbagai alat/benda, kegiatan, dan waktu.
Penting dicermati agar orang tua/guru tidak terlalu cepat memfokuskan anak atau menyimpulkan anak pada suatu minat tertentu. Tindakan memfokuskan anak yang terlalu dini pada suatu minat tertentu, akan mengurangi kesempatan anak menemukan minat-minat lain. Orang tua/guru juga menghindari sikap mengindoktrinasi  anak, melainkan bersikap menstimulasi (merangsang) kemunculan suatu minat. Sikap seperti ini memperluas anak untuk menentukan sendiri minatnya.
Stimulasi minat yang diberikan kepada anak disesuaikan dengan kemampuan menerima anak. Stimulasi yang berlebihan dapat menimbulkan kekhawatiran anak, oleh karena ia merasa terlalu dituntut. Anak merasa dibebani, dan juga menjadi jenuh. Dalam menstimulasi minat anak, juga harus menitikberatkan pada kebutuhan dan ketertarikan anak, bukan mengutamakan keinginan orang tua/guru. Penting ditekankan bahwa minat yang hendak dibangun adalah minat anak, bukan minat orang tua/guru, oleh karenanya upaya-upaya pengembangan harus berangkat dari diri anak.
Dalam proses mengembangkan minat anak, guru/orang tua harus menanggapi anak dengan tepat, yakni merespon yang sifatnya membangun gairah, ketertarikan anak untuk mengeksplorasi kemampuan-kemampuan diri dan lingkungannya. Memberi ganjaran (reward) kepada anak atas hasil dari perbuatan minatnya, merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan gairah anak melalui pengaruh eksternal. Jenis ganjaran disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan anak, misalnya apakah dalam bentuk pujian, makanan, benda-benda yang disukai anak, kesempatan menikmati rekreasi, penegasan prestasi di depan khalayak. Pemberian ganjaran tersebut merupakan upaya untuk melibatkan aspek afektif anak, aspek afektif ini lebih mempertahankan minat yang ada ketimbang aspek kognitif. Di samping itu, sangat penting diterapkan bahwa dalam mengungkap minat-minat anak, orang tua/guru menggunakan beberapa metode secara utuh, agar diperoleh data arah minat secara lebih akurat. 

2. Mengembangkan Minat Sekolah/Belajar:
Upaya guru untuk meningkatkan minat anak dalam belajar dapat ditempuh dengan beberapa cara, antara lain: 1) Menjelaskan tujuan (sasaran) dan arah dari pengajaran, 2) Menguraikan kegunaan bahan-bahan pengajaran bagi anak saat itu dan pada masa yang akan datang, 3) Menyadarkan anak mengenai hubungan antara bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, sehingga anak melihat keterkaitan dan rangkaian keseluruhan dari isi pengajaran, 4) Menghubungkan bahan pengajaran dengan peristiwa-peristiwa yang aktual, sensasional, yang sesuai dengan kehidupan anak (peserta didik). Misalnya, anak akan menaruh perhatian yang lebih besar pada bahan pelajaran tentang kecepatan cahaya, bila mengaitkannya dengan peristiwa nabi Muhammad saat melakukan perjalanan ke langit ke tujuh dalam waktu yang sangat cepat sebagaimana atau melebihi kecepatan cahaya. Pelajaran mengenai daya tarik bumi akan lebih menarik bila dikaitkan dengan perilaku manusia di Bulan. 5) Menggunakan strategi dan metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak SD dalam mengembangkan minat mereka, misalnya menerapkan metode CBSA.
            Upaya orang tua untuk meningkatkan minat belajar anak dapat dilakukan dengan memberi dukungan fisik dan psikologis di rumah. Dukungan fisik diberikan dengan menyediakan tempat belajar anak yang nyaman, menyediakan fasilitas belajar yang cukup seperti buku dan peralatan belajar lain. Dukungan psikologis diberikan dalam bentuk mendampingi anak bila mengalami kesulitan dalam menghadapi masalahnya, mengingatkan dan mendorong anak untuk gemar belajar, membimbing  anak mengetahui tempat-tempat dimana anak dapat mengembangkan diri di masyarakat.









                                                                             








 
                                                          
                                                                             
                                                                                         





 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar